Tidak dipungkiri, sebagian besar penumpang pesawat terbang tidak sabar menunggu jet lag reda.
Dan pada gilirannya telah menghasilkan budaya jet lag.
Ini pulalah yang dimanfaatkan oleh para kapitalis.
Saat di terminal bandara internasional mana pun, penumpang dapat menemukan berbagai kedai kopi untuk meningkatkan energi.
Ada pula toko-toko yang menjual bantal leher, layanan pijat, serta maskapai yang menyediakan lounge yang menawarkan kamar mandi, hot bar, dan pilihan tidur untuk penumpang yang sedang transit.
Sementara, untuk penumpang kelas satu tersedia fasilitas mewah dan nyaman seperti itu di atas pesawat terbang.
Jet lag memiliki dampak ekonomi, intinya kenyamanan tidur pun bisa jadi komoditas yang diperjualbelikan.
• Pramugari dan Mantan Pilot Ungkap Cara Jitu Mengatasi Jet Lag
• 5 Cara Ampuh Menghindari Jet Lag Setelah Liburan, Perhatikan Zona Waktu
• 4 Tips Meminimalisir Jet Lag saat Liburan, Perhatikan Zona Waktu
• Rawan Alami Jet Lag, Benarkah Pramugari Berisiko Terkena Penyakit Berbahaya?
• 4 Makanan yang Bisa Mengatasi Jet Lag Setelah Terbang Jarak Jauh
TribunTravel/Rizki A Tiara
Baca tanpa iklan