Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mata Lokal Travel

Melihat Batu Lawang di Bondowoso Jawa Timur, Peninggalan Zaman Megalithikum yang Lagi Viral

Penulis: Nurul Intaniar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi peneliti situs zaman dulu.

TRIBUNTRAVEL.COM - Liburan ke Bondowoso tak melulu harus ke air terjun maupun Gunung Ijen.

Ada tempat wisata lain yang tak kalah menarik untuk dikunjungi.

Seperti Batu Lawang misalnya.

Batu Lawang adalah peninggalan zaman megalithikum yang belakangan ini viral di media sosial.

Baca juga: Tarif Olahraga Memancing di Taman Nasional Komodo NTT Terbaru 2024

Penampakannya memang seperti batu biasa, tapi ada yang unik dari Batu Lawang ini.

Batu Lawang ini dipercaya menjadi lokasi semedi sekaligus penanda adanya perubahan musim.

Batu Lawang yang terletak di Desa Banyuputih, Kecamatan Wringin, Bondowoso, kini di sekelilingnya akan dibangun pagar oleh Pemerintah Daerah (TribunJatimTimur.com/Sinca Ari Pangistu)

Batu itu dikenal sebagai Batu Lawang yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti batu pintu.

Batu besar itu terletak di Desa Banyuputih, Kecamatan Wringin, Bondowoso, Jawa Timur.

Jarkanya sekitar 19 kilometer dari pusat Kota Bondowoso.

Baca juga: Perkebunan Kopi Arabika, Wisata Antimainstream di Desa Wisata Ketapanrame, Trawas, Mojokerto, Jatim

Masyarakat pada zaman dahulu setiap akan bercocok tanam selalu menggunakan batu tersebut sebagai pertanda.

Menurut Juru Pelihara Situs Batu Lawang, Abdul Wafi, perubahan musim itu bisa dilihat dari celah batu lawang. 

Jika saat matahari  terbit tepat berada di tengah celah Batu Lawang maka itu tandanya akan memasuki musim kemarau.

"Kalau mau masuk musim kemarau, matahari terbit itu pas di tengah-tengah lubang," ujarnya dikonfirmasi TribunJatimTimur.com, pada Jumat (11/10/2024).

Ia menjelaskan, fenomena itu masih bisa dilihat hingga saat ini. 

Ilustrasi musim kemarau. (Unsplash/Bogomil Mihaylov)

Baca juga: Berapa Tarif Camping di Symphony Rinjani Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat?

Kendati perlahan masyarakat telah mulai meninggalkan cara tersebut untuk melihat perubahan musim.

Halaman
1234