Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mata Lokal Travel

Melihat Batu Lawang di Bondowoso Jawa Timur, Peninggalan Zaman Megalithikum yang Lagi Viral

Penulis: Nurul Intaniar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi peneliti situs zaman dulu.

Penamaan Batu Lawang sendiri, karena dulunya di situs ini tak hanya ada susunan batu menhir saja. 

Tapi juga dikelilingi hamparan batu. 

Dan di pintu masuk, terdapat dua batu besar.

Hanya dua orang di zaman dahulu yang bisa masuk ke situs tersebut. 

Pembabat atau sesepuh desa kala itu adalah KH Abdullah dan KH Abdul Azis. 

Dipercayai masyarakat sekitar, bahwa dulunya dua pembabat desa ini kerap melakukan semedi di sana.

Baca juga: Panduan Rute Menuju Pantai Sondana, Wisata Bahari di Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara

"Karena cuma dua orang itu yang bisa masuk ke sini dulu," jelas Abdul Wafi.

Batu Lawang terdiri dari empat batu menhir yang bersusun. 

Dua batu tersusun secara horisontal, dan sisanya dalam posisi vertikal.

Tinggi batu mencapai 7,5 meter, panjangnya 7,2 meter, dan lebarnya 5 meter. 

Jika melihat ukuran sebesar itu, kata Abdul Wafi, siapa yang bisa mengangkut hingga ke atas bukit. 

Lebih-lebih dengan ketinggian sekitar 300 meter dari permukaan air laut. 

Apalagi di zaman dulu tak ada alat berat.

Baca juga: Suasana Syahdu dan Tenang, Kunjungi Pantai Sapa di Minahasa Selatan, Sulut untuk Piknik Akhir Pekan

"Jadi alam sudah, ya kemungkinan dulu itu jin. Kalau seperti saya ya tidak kuat. Ini menhir, batu tegak," jelasnya.

Di Tahun 1990, Batu Lawang ditetapkan sebagai cagar budaya. 

Halaman
1234