Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mata Lokal UMKM

Mengenal Gutel, Camilan Khas Gayo Sejak Zaman Penjajahan yang Tetap Eksis hingga Kini

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Makanan khas gayo, Gutel, yang dijual Rp 500/potong di Pasar Paya Ilang, Takengon, Aceh Tengah.

Awalnya saya kira lembut seperti kue-kue umumnya, ternyata teksturnya renyah tapi tetap manis seperti kue pada umumnya,” kata Kusuma.

Menurut Kusuma, gutel sangat cocok dijadikan camilan saat bepergian jauh, karena selain rasanya yang enak, camilan ini juga bisa membuat kenyang lebih lama.

“Baru dua potong saya makan rasanya langsung kenyang, mungkin karena padatnya, jadi cocok dijadikan makanan penganti nasi saat bepergian jauh,” kata Kusuma.

Bagi mereka yang ingin merasakan langsung sensasi gutel, di berbagai pasar tradisional di Takengon dan daerah Gayo lainnya menjadi tempat yang tepat untuk mencicipi camilan ini.

Baca juga: Bendungan Kamijoro, Tempat Wisata Gratis dengan Jembatan Ikonik di Sentolo, Kulon Progo, Jogja

Bahkan, gutel kini mulai diperkenalkan ke luar daerah melalui toko-toko oleh-oleh dan pameran-pameran kuliner di berbagai kegiatan.

Di balik kesederhanaannya, gutel adalah cerminan dari kekayaan budaya Gayo yang terus bertahan di tengah perubahan zaman.

Setiap gigitan gutel bukan hanya memberi kenikmatan rasa, tetapi juga menghadirkan kisah tentang tradisi, kebersamaan, dan warisan yang tak ternilai dari dataran tinggi Gayo.

(TribunGayo.com/Alga Mahate Ara)(TribunTravel.com/mym)

Artikel ini telah tayang di Tribungayo.com dengan judul Mencicipi Gutel, Camilan Andalan Khas Gayo yang Ada Sejak Zaman Penjajahan