Dia menggambarkan tinggi tubuh makhuk itu setinggi anak kecil berusia 3-4 tahun, namun dengan bentuk wajah yang lebih tua dan dengan rambut hitam sebahu.
Van Heerwarden sadar, mereka bukan sejenis siamang maupun primata lainnya.
Ia tahu makhluk-makhluk itu menyadari keberadaan dirinya saat itu, sehingga mereka berlari menghindar.
Satu hal yang membuat Mr. Heerwarden tak habis pikir, semua makhluk itu memiliki persenjataan berbentuk tombak dan mereka berjalan tegak.
Semenjak itu, Mr. Heerwarden terus berusaha mencari tahu makhluk tersebut, namun usahanya selalu tidak berbuah hasil.
Pada 1990-an, dua orang peneliti dari Inggris, Debbie Martyr dan Jeremy Holden pun sudah lama mengabadikan dirinya untuk terus menerus melakukan ekspedisi terhadap eksistensi Orang Pendek.
Namun, sejak pertama kali mereka datang ke Taman Nasional Kerinci di tahun 1990, hasil yang didapat masih jauh dari kata memuaskan.
Lain dengan peneliti lainnya, Debbie dan Jeremy datang ke Indonesia dengan dibiayai oleh Organisasi Flora dan Fauna Internasional.
Dalam ekspedisi yang dinamakan “Project Orang Pendek” ini, mereka terlibat penelitian panjang disana.
Secara sistematik, usaha-usaha yang mereka lakukan dalam ekspedisi ini antara lain adalah pengumpulan informasi dari beberapa saksi mata untuk mengetahui lokasi-lokasi dimana mereka sering dikabarkan muncul.
Metode jebakan
Kemudian ada metode menjebak pada suatu tempat, dimana terdapat beberapa kamera yang selalu siap untuk menangkap aktivitas orang pendek.
Namun akhirnya, rasa putus asa dan frustasi selalu menghinggap diri. Ekspedisi yang dialkukan selama ini belum mendapat hasil yang memuaskan alias nihil.
Penjelasan pakar cryptozoology
Beberapa pakar cryptozoology mengatakan, bahwa orang pendek berkaki terbalik mungkin memiliki hubungan yang hilang dengan manusia.
Apakah mereka merupakan sisa-sisa dari genus Australopithecus?
Banyak Paleontologiest mengatakan, jika anggota Australopithecus masih ada yang bertahan hidup hingga hari ini, maka mereka lebih suka digambarkan sebagai seekor siamang.
Pertanyaan mengenai identitas Orang Pendek yang banyak dikaitkan dengan genus Australopitechus ini, sedikit pudar dengan ditemukannya fosil dari beberapa spesies manusia kerdil di Flores beberapa tahun yang lalu.
Ciri-ciri fisik spesies ini sangat mirip dengan penggambaran mengenai Orang Pendek, dimana mereka memiliki tinggi badan tidak lebih dari satu seperempat meter, berjalan tegak dengan dua kaki, dan telah dapat mengembangkan perkakas/alat berburu sederhana, serta telah mampu menciptakan api.
Diperkirakan hidup antara 35000 – 18000 tahun yang lalu.
Apakah keberadaan “Uhang Pandak” benar-benar merupakan sisa-sisa dari Homo Floresiensis yang masih dapat bertahan hidup?
Secara jujur, para peneliti belum dapat menjawabnya.
Peneliti mengetahui, bahwa setiap saksi mata yang berhasil mereka temui mengatakan, lebih mempercayai Orang Pendek sebagai seekor binatang.
Debbie Martyr dan Jeremy Holden, juga mempertahankan pendapat mereka, bahwa Orang Pendek adalah seekor siamang luar biasa dan bukan hominid.
Terlepas dari benar tidaknya mereka adalah bagian dari makhluk halus, binatang, atau pun ras manusia yang berbeda.
Dunia tentunya masih menyimpan misteri tentang orang pendek berkaki terbalik.
Sampai saat ini misteri orang pendek berbaki terbalik di Gunung Kerinci belum terungkap.
Baca juga: Sempat Buka Awal Bulan Oktober 2020, Jalur Pendakian Gunung Kerinci Ditutup Kembali
Baca juga: Enam Bulan Ditutup, Jalur Pendakian Gunung Kerinci Dibuka Kembali Untuk One Day Trip
Baca juga: Jalur Pendakian Gunung Kerinci Kembali Dibuka, Simak Aturan Terbarunya
Baca juga: Tempat Wisata di Kerinci Kembali Dibuka, Wisatawan Luar Daerah Harus Bawa Surat Bebas Covid-19
Baca juga: Fakta Unik Danau Kaco, Surga Tersembunyi di Taman Nasional Kerinci Seblat Jambi
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Orang Pendek yang Kakinya Terbalik di Gunung Kerinci Masuk Catatan Marco Polo, Debbie Kaget