National Geographic sangat tertarik mengenai legenda orang pendek di Gunung Kerinci, Jambi.
Beberapa peneliti telah mereka kirimkan ke sana untuk melakukan penelitian mengenai makhluk tersebut.
Adapun cerita mengenai Uhang Pandak pertama kali ditemukan dalam catatan penjelajah gambar jejak, Marco Polo, 1292, saat ia bertualang ke Asia.
Walau diyakini keberadaannya oleh penduduk setempat, makhluk ini dipandang hanya sebagai mitos belaka oleh para ilmuwan.
Ini seperti halnya 'Yeti' di Himalaya dan monster 'Loch Ness' di Inggris Raya.
Beberapa Kesaksian
Sejauh ini, para saksi yang mengaku sudah beberapa kali melihat orang pendek berkaki terbalik, bisa menggambarkan tubuh fisiknya.
Para saksi menyebut itu sebagai makhluk yang berjalan tegap (berjalan dengan dua kaki), tinggi sekitar satu meter (antara 85-130 Cm) dan memiliki banyak bulu di seluruh badan.
Mereka berjalan tegak dan berkaki terbalik.
Bahkan tak sedikit pula yang menggambarkannya orang pendek membawa berbagai macam peralatan berburu, seperti semacam tombak.
Menurut cerita, orang-orang dari Suku Anak Dalam (SAD), satu di antara suku Jambi yang memiliki ilmu gaib yang tinggi, juga sulit menangkap uhang pandak ini.
Bahkan, orang-orang dari SAD ini pun pernah dibuat putus asa karena selalu gagal menangkap orang pendek.
Merunut mundur tentang catatan kemunculan orang pendek, pernah ada kesaksian Mr Van Heerwarden pada 1923.
Van Heerwarden merupakan seorang zoologiest.
Sekira tahun-tahun itu, ia sedang melakukan penelitian di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.
Dalam catatan, Van Heerwarden menuliskan mengenai pertemuannya dengan beberapa makhluk gelap dengan banyak bulu di badan.