Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mata Lokal Travel

Ritual Manene Toraja: Tradisi Membersihak Mayat yang Dikubur di Tebing Batu

Editor: Nurul Intaniar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Manene, tradisi unik masyarakat membersihkan mayat yang dimumikan dan dikubur di tebing batu.

Di Londa, salah satu kuburan warga Toraja Utara yang telah berusia ratusan tahun, ada puluhan jenazah yang sering dibersihkan.

Ritual ini mempunyai makna yang lebih, yakni mencerminkan betapa pentingnya hubungan antar anggota keluarga bagi masyarakat Toraja.

Baca juga: Pasar Petak Sembilan Tamansari Jakarta Barat: Belanja Unik, Kuliner, dan Tradisi Tionghoa

Pakaian yang dikenakan oleh jasad para leluhur itu diganti dengan kain atau pakaian yang baru.

Sebelum manene digelar, seorang tetua adat membacakan doa untuk meminta berkah dari leluhur agar musim panen berjalan baik. 

Manene, tradisi unik masyarakat membersihkan mayat yang dimumikan dan dikubur di tebing batu. (Ribkha Tandepadang, CC BY-SA 4.0 , via Wikimedia Commons)

Setelah itu, anggota keluarga membersihkan jenazah dengan kuas, menjemurnya sebentar, lalu mengganti pakaian jenazahnya.

Biasanya ritual ini dilakukan serempak satu keluarga atau bahkan satu desa, sehingga acaranya berlangsung cukup panjang.

Setelah pakaian baru terpasang, jenazah dibungkus dan dimasukan kembali ke patane, rumah khusus jenazah di sekitar Londa.

Baca juga: 10 Fakta Unik Air Mancur Trevi di Roma Italia, Cerita Balas Dendam dan Tradisi Lempar Koin

Rangkaian prosesi ma’nene ditutup dengan anggota keluarga berkumpul di rumah adat tongkonan untuk beribadah bersama.

Ritual ini biasa dilakukan setelah masa panen, kira-kira akhir Agustus. 

Pertimbangannya, anggota keluarga yang merantau umumnya pulang kampung, sehingga semua keluarga dapat hadir untuk melakukan prosesi ma’nene.

“Prosesi unik dan menarik. Hanya ada di Toraja Utara,” kata Micha Rainer Pali, fotografer kelahiran Rantepao, Tanah Toraja, yang beberapa kali mengabadikan upacara manene.

Menurut Micha, orang-orang di Toraja Selatan memiliki ritual serupa untuk menghormati jenazah leluhurnya. 

“Tetapi hanya tau-tau atau patung menyerupai leluhur yang dibersihkan dan pakaiannya diganti,” lanjut Micha.

Baca juga: Karya Aksara Jawa di Solo, Kerajinan Bernuansa Tradisi yang Cocok untuk Oleh-Oleh

Senada dengan Micha, Sima Batara, seorang pemandu wisata di Tanah Toraja, mengatakan tak semua penduduk Toraja menggelar ma’nene.

“Sudah sangat sedikit yang melakukannya. Tapi upacara ini masih digelar di wilayah utara. Setidaknya tiga tahun sekali,” kata Sima.

Halaman
1234