Tapi khusus untuk pakaian, diadakan setiap tahun.
Upacara ma’nene mulai berubah seiring masuknya agama Kristen dan Katolik ke Tanah Toraja pada abad ke-17.
Orang-orang Toraja yang memeluk agama Kristen dan Katolik mulai meninggalkan upacara ini.
Tapi segelintir kecil lainnya masih tetap menggelarnya dengan beberapa perubahan.
Ini misalnya dilakukan masyarakat di Baruppu, Toraja Utara.
Orang-orang Baruppu dulu tak mempersoalkan jenis kain pengganti jenazah.
Tapi orang Baruppu sekarang memilih jenis kain.
“Mereka meyakini bahwa semakin tinggi derajat keluarga yang melakukan ritual ma’nene maka semakin mahal pula jenis kain yang harus mereka gunakan untuk membungkus sang mayat,” catat Yusri dan Bardianto Marumbun dalam Potret Pergeseran Makna Budaya Ma’nene di Kecamatan Baruppu Kabupaten Toraja Utara Provinsi Sulawesi Selatan, termuat di Jurnal Sosio Humaniora Vol. 15 No. 3, 2013.
Dalam menghadirkan sesajian selama upacara ma’nene, mereka juga melakukan perubahan. Dulu mereka menghadirkan sesajian itu khusus untuk jenazah.
Pantangan bagi orang yang masih hidup untuk memakannya. Sekarang mereka membuat sesajian untuk dimakan bersama.
Dari segi bangunan, mereka menambahkan kapel untuk berdoa menurut agama Katolik di sekitar kubur batu.
Dulu bangunan seperti ini tak pernah ada.
Kapel kini bersanding dengan patane.
Sebuah simbol akulturasi kepercayaan lama dengan kepercayaan baru.
TribunTravel.com
Baca tanpa iklan