"Dari sisa-sisa kain itulah kami produksi kerajinan seperti goodie bag dan lainnya. Dan sejak itu kami mulai memproduksi produk-produk dengan ciri khas aksara Jawa," tambahnya.
Baca juga: Oleh-oleh Bunaken Ramah Kantong: Suvenir hingga Kaos 3 Item Rp 100 Ribu
Aksara Jawa sebagai Identitas Karya
Salah satu kekuatan Jawa Banget terletak pada keberanian dan konsistensi dalam mengusung aksara Jawa sebagai elemen visual utama.
Tidak semua pelaku industri kreatif berani menggunakan huruf-huruf kuno yang kini mulai dilupakan.
Namun bagi Kharisma, inilah pembeda dan kekuatan budaya yang layak diangkat.
"Produk-produk itu kami spesifikasikan dengan huruf aksara Jawa. Kami ingin agar nilai budaya ini tetap hidup, sekaligus tetap bisa diterima pasar," katanya.
Tak hanya huruf sembarangan, aksara yang dipakai pun memiliki makna dan konsep yang dalam.
Misalnya, ada produk yang menampilkan aksara dari kota Surakarta, dan ada pula tas dengan tulisan aksara lima weton: Pon, Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing.
"Jadi kita memang mau mengangkat budaya, khususnya di Solo. Aksara Jawa itu punya makna yang kuat, dan bisa divisualkan jadi produk kekinian," jelasnya.
Baca juga: Madu Al Ghozi, Oleh-oleh dari Bandar Lampung Mulai Rp 35 Ribu Aja
Menjaga Kualitas, Menjaga Makna
Dalam produksi Jawa Banget, Kharisma tidak sekadar menjadi pemilik usaha.
Ia juga bertindak langsung dalam proses desain dan pemotongan bahan.
Ini dilakukan demi menjaga nilai seni sekaligus kualitas produk.
"Untuk semuanya, saya sendiri yang desain dan potong kainnya. Walau menjahitnya dibantu, tapi kalau ada yang kurang bagus, tetap saya periksa ulang dan minta dijahit ulang," jelasnya dengan tegas.
Bagi Kharisma, kualitas bukan hanya soal kerapihan jahitan atau pemilihan bahan, tetapi juga bagaimana nilai budaya bisa tersampaikan melalui produk.