Meski dinamakan ketan susu, warung ini tidak menggunakan susu sebagai topping utama.
Menu andalannya adalah ketan putih yang disajikan dengan taburan parutan kelapa muda dan bubuk kedelai.
Selain itu, tersedia kopi hitam cangkir sebagai pelengkap.
"Kami tetap mempertahankan rasa otentik. Tidak ada topping susu, stroberi, atau cokelat seperti yang dijual di tempat lain karena itu variasi saat ini," jelas Pak Wig.
Setiap hari, warung ini buka mulai pukul 04.30 hingga 09.00 WIB, kecuali pada hari Minggu atau hari besar keagamaan.
Baca juga: Plesiran ke Aceh Tengah, Jangan Lupa Bawa Pulang Oleh-oleh Depik Tangkap yang Legendaris
Namun, saking ramainya pengunjung, warung sering tutup lebih awal karena tansu habis terjual.
"Kadang jam 6 pagi sudah habis," tambahnya.
Dengan harga yang terjangkau, yakni Rp 4.000 per porsi ketan dan Rp 3.000 untuk secangkir kopi, Warung Tansu Pak Suwignyo tetap menjadi favorit jujukan warga Pare maupun pengunjung dari luar Pare.
Adjitono, salah satu pelanggan setia warung ini selama 20 tahun, mengaku selalu kembali karena rasa khas yang konsisten sejak dulu.
"Rasanya tetap sama, tidak terlalu manis dengan tekstur ketan yang kasar lembut. Saya juga sering bertemu teman-teman pensiunan di sini untuk ngobrol bareng," ujarnya.
Menurutnya, warung Tansu Pak Wig menjadi bukti bahwa rasa autentik dan kesederhanaan dapat bertahan di tengah gempuran rasa dan kuliner modern saat ini.
Baca juga: Kisah Toko Roti HAMADA yang Legendaris di Talang Ubi, PALI, Sumatera Selatan, Bertahan Sejak 1986
"Rasanya cocok, tidak membosankan, kalau belum sarapan saya setiap pagi mesti ke sini," tutupnya.
Tonton juga:
Rekomendasi tempat sewa mobil di Kediri
Selagi liburan ke Kediri, gak ada salahnya menjelajah tempat wisata lain di sekitarnya.
Baca tanpa iklan