Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mata Lokal UMKM

Filosofi Kue Lepat, Camilan Khas Gayo Aceh Tengah, Aceh yang Hadir di Hari Tertentu

Penulis: Nurul Intaniar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi kue lepat khas Gayo, Aceh Tengah, Aceh yang dibungkus daun pisang.

Semua anggota keluarga, dari yang tua hingga yang muda, turut serta dalam persiapan, mulai dari memilih daun pisang yang akan digunakan sebagai pembungkus, hingga memasak dan menghidangkannya. 

Aktivitas ini tidak hanya mempererat hubungan keluarga, tetapi juga menciptakan solidaritas di antara anggota masyarakat. 

Lepat pun menjadi simbol harmonisasi keluarga, sebuah nilai yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Gayo.

Lepat dibuat dari bahan-bahan sederhana, seperti ketan, gula aren, garam, dan kelapa parut, yang kemudian dibungkus dengan daun pisang. 

Baca juga: Uniknya Kerajinan Anyaman Rotan di Lhoknga, Aceh yang Patut Buat Oleh-oleh Liburan

Kue ini dimasak dengan cara dikukus, sehingga menghasilkan tekstur yang lembut dan aroma harum dari daun pisang. 

Kue Lepat sering dianggap sebagai "perekat" antaranggota keluarga dan masyarakat setempat, mengingat cara penyajiannya secara gotong royong. (SERAMBINEWS.COM/ROMADANI)

Rasa manis yang pas, dipadu dengan gurihnya kelapa, membuat lepat menjadi kudapan favorit saat berbuka puasa dan hari raya.

Namun, keunikan lepat tidak hanya terletak pada rasanya, tetapi juga pada daya tahannya. 

Menurut Zuriyati seorang ibu Rumah Tangga dari Kecamatan Jagong Jeget, Kabupaten AcehTengah, Aceh, kue lepat bisa bertahan lama jika dimasak dengan cara yang tepat. 

"Lepat ini makanan tradisional yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang orang Gayo. Dulu, lepat hanya disajikan pada waktu tertentu saja," kata Zuriyati, Kamis (24/10/2024).

Teknik memasak yang diwariskan dari generasi ke generasi inilah yang membuat lepat tetap awet dan tahan disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. 

Baca juga: Pencinta Seafood Wajib Coba Lobster Bakar di Green Zone Seafood Resto Aceh, Bisa Buat Oleh-oleh

"Bahkan, pada zaman dahulu, lepat sering dijadikan bekal oleh masyarakat Gayo saat bepergian jauh atau melakukan kegiatan bertani di ladang.," tambahnya.

Selama bulan puasa, lepat sering menjadi menu takjil favorit di kalangan masyarakat Gayo. 

Kue ini bukan hanya soal rasa, tetapi juga simbol keharmonisan yang kerap terlihat saat acara buka puasa bersama. 

Pada momen-momen ini, lepat disajikan di tengah-tengah keluarga besar atau dalam komunitas masyarakat, sebagai tanda penghormatan kepada tradisi dan warisan budaya. 

Selain itu, lepat juga sering dibagikan kepada tetangga atau orang yang membutuhkan, mempertegas nilai kesetiakawanan yang tertanam dalam budaya Gayo. 

Halaman
1234