"Masyarakat sangat menikmati kemplang panggang pasir sebagai camilan. Dengan teknik memanggang menghasilkan cita rasa yang khas," kata Jalela kepada TribunSumsel.com dan Sripoku.com, Senin (7/10/2024).
Namun Jalela mengingatkan, dalam proses pembuatan kemplang tidak boleh menggunakan pasir yang berada di darat atau dari tanah biasa.
Karena dikhawatirkan terkontaminasi oleh sampah, kotoran dan bahan kimia.
Baca juga: Sedapnya Ikan Bakar Sondana di Bolsel Sulawesi Utara, Cocok Buat Oleh-oleh Liburan
Dirinyapun mengungkapkan tips pemanasan kemplang.
Mulanya pasir diletakkan di atas seng atau wajan berbentuk datar yang dipanaskan.
"Setelah itu, campur beberapa kemplang dengan pasir lalu dibolak-balik hingga kemplang mengembang," jelasnya.
Selain terkenal karena proses pembuatannya, kemplang khas Desa Tanjung Atap memiliki rasa yang enak, gurih dan renyah.
Dibuat dengan campuran tepung, garam dan air kemudian dibentuk bulat pipih tipis, lalu dikeringkan.
"Kemplang mentah yang telah kering itulah, diproses hingga siap disantap," ujar wanita yang membuat kemplang panggang paisr sejak 18 tahun lalu itu.
Jalela mengungkapkan, dalam sehari dirinya bisa membuat dua ribu keping kemplang, dengan harga Rp 200 per keping.
Sedangkan untuk kemplang yang dikemas dalam kantong besar berisi 100 kemplang, dihargai Rp 20 ribu per kantong.
Baca juga: Piamoci Cece, Oleh-oleh Enak Khas Prabumulih, Sumsel, Harga Terjangkau Mulai Rp 2 Ribuan
Gurihnya kemplang pasir, lanjut Jalela, membuatnya menjadi cemilan favorit warga desa setempat dan sekitarnya, sehingga berapapun kemplang yang dibuat, rata-rata habis terjual dalam sehari.
"Kalau yang saya buat, setiap hari rata-rata habis terjual sebanyak itu (dua ribu kemplang)," kata Jalela.
Untuk pemasaran makanan ringan ini di beberapa daerah di Sumatera Selatan seperti Ogan Ilir Palembang, Muaraenim, Lahat, Pagaralam dan Baturaja.
Pemasaran kemplang pasir juga merambah hingga pulau Jawa, seperti kota Tangerang, Sukabumi, Depok dan Bekasi.