"Saat itu mulai mencoba, ternyata pasarnya bagus. Sekarang 1 bulan bisa menghasilkan sekitar Rp 100 kg keripik talas," ucapnya.
Dalam proses produksi, 1 kg talas rata-rata akan menjadi 0,5 kg keripik.
Melisa menjual keripik produksinya Rp 60.000 per kilogram dalam bentuk curah.
Produksinya sudah diambil oleh para reseller, atau dijual sendiri dalam kemasan dengan label Keripik Ubi dan Enthik Makmur.
Baca juga: Berburu Roti Bluder Oleh-oleh Khas Bromo dari Kentang Merah, Unik Banget
Sedangkan untuk yang premium dijual Rp 27.500 per 50 gram.
Keripik enthik premium ini yang sebelumnya sudah sempat ikut kurasi untuk ekspor.
Sayangnya Melisa tidak meneruskan penjajakan proses ekspor ini dengan alasan ketersediaan bahan baku.
"Sempat ikut proses kurasi, tapi saat akan presentasi akhirnya saya mundur. Saya justru takut kalau lolos malah kesulitan bahan baku," tegasnya.
Nasi Thiwul
Produk dari talas lainnya yang dimiliki Melisa adalah nasi thiwul instan.
Produk ini ditemukan secara tidak sengaja karena Melisa salah membeli bahan baku.
Satu karung berisi 100 kg talas yang dibeli dari Pasar Ngemplak Tulungagung, ternyata berisi talas gatal.
"Kalau dibuat keripik di lidah masih terasa gatalnya. Mau dibuang juga sayang karena banyak sekali," kenang Melisa.
Melisa lalu mendapat inspirasi untuk mengolah talas gatal itu menjadi thiwul.
Sebelumnya, Kecamatan Tanggunggunung adalah salah satu produsen gaplek atau ketela pohon kering, bahan baku untuk thiwul.