"Setidaknya 20.000 orang Sudan telah melarikan diri ke Chad, sementara 4.000 orang Sudan Selatan, yang merupakan bagian dari 1,1 juta pengungsi yang ditampung oleh Sudan dari negara tetangga, terpaksa pulang," kata Kepala UNHCR, Filippo Grandi.
Baca juga: Kebanyakan Interior Pesawat Berwarna Biru, Benarkah Bikin Nyaman Penumpang yang Takut Terbang?
Berbagai Negara Lakukan Upaya Evakuasi Warganya dari Sudan
Koordinator Kemanusiaan PBB di Sudan, Andou Dieng, mengatakan bahwa penjarahan, serta pertempuran terus berlanjut di seluruh negeri meskipun ada upaya gencatan senjata.
Berbicara kepada wartawan melalui telepon, Andou Dieng menyampaikan bahwa dirinya sangat khawatir tentang ketersediaan makanan, khususnya di Darfur.
Andou Dieng pun meminta agar koridor kemanusiaan segera dibuka.
Kalau bantuan-bantuan tidak dibuka, warga Sudan terancam kelaparan.
Dikutip dari laman CNN, Minggu (30/4/2023), di Khartoum, ibu kota Sudan, saksi mata dan jurnalis CNN di utara kota mengatakan bahwa tentara paramiliter RSF menempati setidaknya satu stasiun air.
Baca juga: Viral AC Pesawat Batik Air Rute Malaysia-Jakarta Mati, Pihak Maskapai Ungkap Penyebabnya
Hal ini menyebabkan kekurangan pasokan air yang vital bagi warga.
"Sejak 16 April lalu, fasilitas air pada dasarnya tidak berfungsi dan orang-orang telah minum air pahit dari sumur di lokasi konstruksi yang belum selesai. Para insinyur air belum dapat mengakses instalasi air untuk memperbaikinya. Mereka menjadi sasaran penembak jitu RSF," kata saksi mata itu.
Pada awal pekan ini, penduduk dari beberapa lingkungan di negara bagian Khartoum mengatakan stok makanan telah habis di toko-toko, air minum pun langka, dan pabrik makanan di negara bagian tersebut telah dijarah.
Perlu diketahui, daerah tersebut telah mengalami pertempuran sengit dan mereka yang memberikan kesaksian menuturkan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan rumah dan dievakuasi ke luar ibu kota.
Baca juga: Pesawat Kiamat Joe Biden untuk Perang Nuklir Terbang di Langit Wales, Ada Apa?
"Bentrokan kekerasan antara SAF (Angkatan Bersenjata Sudan) dan RSF berlanjut dengan senjata berat, dan partisipasi pesawat tempur di kamp RSF di daerah Kafouri," jelas seorang saksi mata pada Kamis lalu.
Saat konflik memasuki minggu kedua, pemerintah asing terus berjuang untuk mengevakuasi warganya, sementara banyak orang Sudan tetap terjebak tanpa adanya pasokan listrik, makanan atau air.
Bahkan mereka secara putus asa mencari cara untuk melarikan diri.
"Sedikitnya 460 orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka dalam pertempuran itu," kata Kementerian Kesehatan Sudan.
Baca juga: Mantan Pramugari Bagikan Tips Tetap Bersih saat Pakai Toilet Pesawat, Apa Saja?