TRIBUNTRAVEL.COM - Konfilk di Sudan kian memanas.
Berbagai negara pun segara menginginkan warga negaranya untuk dievakuasi dari Sudan.
Tak hanya Indonesia, Turki juga telah mengirimkan pesawat buat mengevakuasi warganya dari Sudan yang didera konfilk.
Namun, sebuah pesawat Turki yang berusaha mengevakuasi warga dari ibu kota Sudan, Khartoum, ditembak pada Jumat kemarin.
Baca juga: Penumpang Lihat Kru Tempelkan Selotip ke Sayap Pesawat sebelum Lepas Landas, Kenapa Ya?
Insiden ini terjadi di tengah pertempuran yang sedang berlangsung, meskipun ada perpanjangan gencatan senjata selama 72 jam untuk mengizinkan akses kemanusiaan masuk ke negara itu.
Kementerian Pertahanan Turki mengatakan bahwa senjata ringan ditembakkan ke pesawat evakuasi C-130 yang telah dikirim ke pangkalan udara Wadi Sayidna untuk mengevakuasi warga negaranya.
Kementerian menambahkan, pesawat itu kini telah mendarat dengan selamat tanpa cedera pada awaknya.
Namun, perlu dilakukan perbaikan.
Dikutip dari laman Russia Today, Sabtu (29/4/2023), kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) telah membantah tuduhan dari Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) bahwa mereka melakukan serangan itu.
Mereka menyatakan klaim tersebut merupakan pernyataan yang tidak didukung oleh bukti faktual.
"Pasukan kami tetap berkomitmen pada gencatan senjata kemanusiaan yang kami sepakati sejak tengah malam, dan tidak benar bahwa kami menargetkan pesawat apapun di langit Wadi Sayidna di Omdurman," kata RSF, dalam sebuah pernyataan.
Pasukan asing telah mengamankan lapangan udara Wadi Sayidna yang terletak 20 km di sebelah utara Khartoum dan telah digunakan untuk mengevakuasi warga dari negara-negara seperti Jerman, Inggris, Amerika Serikat (AS), Prancis, dan negara lainnya setelah bentrokan kekerasan meletus di Sudan pada 15 April lalu.
Kedutaan Besar Turki di ibu kota Sudan itu mengumumkan pada Kamis lalu bahwa sekitar 1.500 warga sipil termasuk 1.383 warga Turki, telah dipindahkan dengan upaya yang sedang dilakukan untuk mengevakuasi warga tambahan.
Menurut angka yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Sudan, konflik antara tentara dan pasukan paramiliter yang kini memasuki hari ke-14, telah mengakibatkan kematian pada sedikitnya 512 orang.
Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk Pengungsi (UNHCR) pun melaporkan pada Rabu lalu bahwa jumlah pengungsi saat ini, yakni 3,7 juta pengungsi internal di Sudan telah meningkat pesat.