Negara kepulauan berpenduduk 22 juta orang itu kekurangan makanan, gas untuk memasak, bahan bakar dan obat-obatan.
Krisis yang terjadi di Sri Lanka merupakan akibat salah urus ekonomi dan pandemi Covid-19 yang telah menghabiskan cadangan devisa.
Depresiasi mata uang, inflasi lebih dari 33 persen, dan kekhawatiran ketidakpastian politik dan ekonomi yang berkepanjangan mendorong banyak orang untuk bermigrasi.
Pemerintah ingin mendukung lebih banyak orang yang yang berminat bekerja di luar negeri untuk meningkatkan pengiriman uang.
Baca juga: Panduan dan Syarat Membuat Paspor Baru, Bisa Daftar Melalui M-Paspor
Para pembuat paspor kesal
Di dalam Departemen Imigrasi dan Emigrasi, orang-orang menunggu berjam-jam untuk mengambil foto dan sidik jari.
Seorang pejabat senior mengatakan, ada 160 anggota staf kelelahan namun tetap berusaha memenuhi permintaan paspor.
Departemen Imigrasi telah memperketat keamanan, memperpanjang jam kerja, dan melipatgandakan jumlah paspor yang diterbitkan.
Namun, jumlah pengajuan paspor selalu naik.
Setidaknya ada 3.000 orang menyerahkan formulir setiap hari, kata HP Chandralal, petugas yang mengawasi otorisasi pengajuan paspor.
Sistem aplikasi online untuk pembuatan paspor macet selama berbulan-bulan.
Sehingga banyak yang tidak bisa mendapatkan nomor antrean.
"Sangat sulit berurusan dengan masyarakat karena mereka frustrasi, dan tidak mengerti sistem tidak dilengkapi perangkat menangani permintaan semacam ini," kata Chandralal.
"Jadi mereka marah dan menyalahkan kami, tetapi tidak ada yang bisa kami lakukan," lanjutnya.
Baca juga: Syarat dan Cara Mengurus Paspor Umrah 2022, Bisa Gunakan Layanan M-Paspor
Baca juga: Cara Membuat Paspor Online 2022 Lengkap dengan Dokumen yang Harus Dipersiapkan
Urgensi bagi banyak orang yang ingin pergi ke luar negeri diperparah dengan peringatan dari Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe soal krisis pangan hanya beberapa bulan lagi.