Nuky mengatakan tradisi piring terbang menggunakan urutan dalam penyajian hidangannya.
Ada timing atau ritme waktu yang sudah ditentukan untuk keluarnya hidangan.
Sehingga hidangan tak langsung menumpuk dan disajikan semua kepada tamu.
Istilah yang digunakan adalah USDEK.
Dalam tiap huruf pada USDEK, memiliki penjelasan tersendiri.
Piring terbang dibuka dengan U yang merupakan kepanjangan dari Unjukan alias minuman.
Berlanjut ke S yang merupakan kepanjangan dari Sop atau Sup.
Baca juga: Mencicipi Sate Kambing Bu Erna Jogja, Dagingnya Empuk & Tidak Bau Prengus
Baca juga: Ratu Elizabeth II Hadiri Pembukaan Jalur Kereta Baru di London, Kemunculannya Bikin Heboh
Biasanya sup yang disajikan cukup khas dengan isi meliputi rolade, wortel, buncis, hingga jamur kuping dengan kuah kaldu ayam.
Setelahnya dilanjutkan dengan D alias Dhaharan yang merupakan sajian utama.
Tamu biasanya akan mendapat hidangan nasi beserta lauk pauk yang lengkap.
Kemudian diikuti dengan E yang merupakan kepanjangan dari Es.
Dalam pesta pernikahan kurang lengkap jika sajian hidangan penutup es krim tak ada.
Terakhir adalah K alias Kondur yang dalam bahasa Indonesia berarti pulang.
"Jadi kalau sudah sampai es, biasanya kalau orang-orang yang sepuh langsung pergi, pulang. Jadi itu semacam diaturi kondur gitu," jelas Nuky.
"Makanya keluarnya es itu biasanya memang ditahan-tahan supaya tamu tidak pulang. Jadi itu dulu sebetulnya memang ada semacam pralambang sudah paripurna untuk hidangan yang akan disajikan ke tamu," tambahnya.
Baca tanpa iklan