Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Fakta Unik Tradisi Piring Terbang dalam Resepsi Pernikahan di Solo, Dianggap Lebih Bergengsi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi : Momen para pramusaji menyajikan hidangan ke para tamu undangan di sebuah acara pernikahan di Kota Solo, atau yang lebih dikenal dengan istilah 'piring terbang'.

Jengah, setidaknya itu yang dirasakan Okky ketika tradisi piring terbang kerap dikaitkan dengan masalah finansial atau harga yang dipatok. 

Nah, ada anggapan pesta piring terbang adalah siasat agar pesta pernikahan lebih murah biayanya.

Tapi Okky mengatakan, dia pernah menjumpai piring terbang dengan harga per pax Rp350 ribu.

Sehingga disebutnya piring terbang jadi lebih tinggi harganya jika dibandingkan dengan prasmanan, tergantung dari menu yang disajikan. 

"Piring terbang tidak ada hubungannya dengan finansial. Lebih ke culture kalau menurut saya," katanya. 

Tapi, Okky setuju bila tradisi piring terbang lebih efisien dibandingkan prasmanan. 

Dengan hanya menghitung jumlah tamu yang hadir, tradisi piring terbang jarang sekali kekurangan hidangan bagi tamu. 

"Jadi kenapa piring terbang lebih efisien dan tidak bisa dibilang lebih murah? Ya karena sangat bisa dikontrol. Misal tamu seribu, pesan seribu ya kamu aman. Tapi kalau standing party pax nya seribu tapi pesan seribu ya jelas nggak aman," kata Okky lagi. 

"Lebih kesitu yang harus kita edukasi ke masyarakat, kenapa piring terbang lebih efisien, ya karena lebih tepat dan bisa dikontrol," pungkasnya. (*) 

Baca juga: Menginap di Chevilly Resort & Camp, Ini 5 Aktivitas Seru yang Wajib Kamu Coba

Baca juga: 5 Ritual Kecantikan Paling Aneh di Dunia, Pijat Ular hingga Pedikur Ikan

Artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Asal-usul Piring Terbang di Acara Pernikahan Solo : Dianggap Lebih Bergengsi dari Cara Prasmanan