Sebagai langkah untuk menempatkan PRAM pada orbit baru, ilmuwan kemudian melakukan eksperimen dengan menggunakan pemanas untuk menjaga suhu hangat yang konstan serta membuktikan seberapa efisiennya jika panel berputar 36.000 kilometer dari Bumi. Dan itu berhasil.
"Langkah logis berikutnya adalah meningkatkannya ke area yang lebih luas untuk mengumpulkan lebih banyak sinar matahari dan mengubahnya menjadi gelombang mikro," kata Jaffe.
Selain itu, ilmuwan juga harus menguji pengiriman energi kembali ke Bumi.
Ilmuwan harus memastikan panel tahu persis ke mana harus mengirim gelombang mikro dan penerima siap untuk menerimanya.
Dengan teknologi ini pula, ilmuwan berharap dapat segera diterapkan pada wilayah yang terdampak bencana alam.
"Jadi jika Anda memiliki sistem seperti ini, Anda dapat mengarahkan ke wilayah yang terkena bencana," pungkas DePuma.
Baca juga: Temuan Mengejutkan Para Ilmuwan, Ada Dunia Tersembunyi di Bawah Es Antartika
Baca juga: Ilmuwan Temukan Fosil Jamur Berusia 635 Juta Tahun yang Bantu Ungkap Awal Kehidupan
Baca juga: Sempat Bingungkan Ilmuwan, Misteri Zona Gelap yang Meluas di Greenland Akhirnya Terpecahkan
Baca juga: Ilmuwan Ungkap Temuan Mengejutkan Tentang Mineral Mars yang Terkubur di Antartika
Baca juga: Mengulik Rahasia Gunung Padang di Jawa Barat yang Buat Ilmuwan Terpikat
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ilmuwan Berhasil Panen Sinar Matahari di Luar Angkasa".