Sementara itu ada satu patung besar Sam Poo Kong di tengah-tengah.
Bahannya terbuat dari emas dan perunggu.
Patung besar ini hanya sekedar simbol.
Namun yang memiliki nilai penting justru kedua patung kecil tersebut.
Di dalam Gedung Batu ini juga ada sumur berisi mata air.
Sumur ini sendiri sebenarnya merupakan peninggalan Oey Tiong Ham.
Air ini dianggap suci dan kerap dimanfaatkan oleh umat maupun pengunjung yang ingin minta rezeki dalam berdagang, bertani, kesembuhan dari sakit, air siraman supaya pernikahannya lancar dan langgeng.
Air ini tidak boleh digunakan untuk sumpah, perceraian atau air minum.
Umat dan pengunjung diperbolehkan mengambil air dari sumur dengan asistensi Bio Kong.
Sebelumnya umat buddha dan pengunjung harus menjelaskan keperluannya terlebih dulu agar air tersebut dapat didoakan oleh Bio Kong.
- Makam Kyai Djangkar, Tempat Pemujaan Kong Hu Cu dan Rumah Arwah Hoo Ping
Di gedung ini ada tiga tempat pemujaan sekaligus.
Paling kiri ada Makam Kyai Djangkar.
Dinamakan seperti itu karena di sinilah letak jangkar sekoci yang jatuh ketika armada Zheng He pertama datang ke Pulau Jawa.
Jangkar sekoci ini pertama kali ditemukan di Kali Kuping.
Sedangkan jangkar kapal utama jatuh di Rembang.
Banyak orang yang datang ke Makam Kyai Djangkar untuk meminta berkah baik untuk usaha maupun kerja.
Di tengah, ada tempat pemujaan untuk pendiri agama Kong Hu Cu.
Posisinya mengambil porsi paling besar.
Kemudian di sisi paling kanan ada Rumah Arwah Hoo Ping.
Arwah Hoo Ping adalah arwah orang meninggal yang tidak dirawat oleh keluarganya.
Mereka ditampung di sini untuk didoakan.
Arwah Hoo Ping diperingati tiga kali dalam setahun yakni sehari sebelum Imlek, saat Ceng Beng dan saat upacara Ulambama (Jit Gwee).
- Tempat Nyai Cundrik Bumi
Dulunya, area ini dijadikan tempat penyimpanan dan perawatan pusaka.
Di sini juga merupakan tempat gua lama berada sebelum dipindahkan karena longsor.
Sekarang di sini hanya menjadi simbolisasi saja.
Sudah tidak ada lagi pusaka yang tersisa di sini.
- Tempat Kyai Nyai Tumpeng (Juru Masak)
Kyai Nyai Tumpeng adalah juru masak Zheng He.
Nama aslinya Han Li Bao, putri dari Tiongkok yang diboyong oleh Zheng He untuk membantu memasak di kapal.
Dulunya ini tanah biasa.
Sampai ketika ada seorang suhu yang datang untuk sembahyang dan kerasukan.
Ia menyebut-nyebut “Tumpeng! Tumpeng!”.
Maka yayasan membuatkan tempat ini sebagai penghormatan terhadap Han Li Bao.
Baca juga: 5 Kuliner Legendaris di Semarang, Ada Lumpia Gang Lombok yang Usianya Lebih dari 100 Tahun
Baca juga: 5 Nasi Goreng Enak di Semarang Buat Makan Malam, Ada Nasgor Padang Bangjo dengan Bumbu Rempah Khas
Baca juga: Terbaru, Harga Tiket Masuk Dusun Semilir Semarang Berlaku Mulai Januari 2021
Baca juga: Tarif Mulai Rp 100 ribuan, 5 Hotel Murah di Semarang untuk Liburan Akhir Pekan
Baca juga: Ong Eng Hwat, Kue Keranjang Legendaris dari Semarang yang Dibungkus Daun Pisang
(TribunTravel.com/ Ratna Widyawati)