Awalnya umat buddha berdoa kepada Dewa Bumi untuk meminta kesuburan tanah, hasil panen yang berlimpah dan bebas hama.
Tapi tidak menutup kemungkinan, umat buddha juga bisa meminta kesehatan, keselamatan, dagangan laris, hidup damai dan makmur kepada Dewa Bumi.
Dewa Bumi memiliki pengawal berupa macan hitam yang namanya Houw Ciang Kun.
Di depan tempat Dewa Bumi, ada penjaga pintu yang bernama Ue Tek Kiong dan Sie Siok Po Kelahiran Hok Tek Ceng Sin dirayakan setiap tanggal 2 bulan 2 kalender Tionghoa.
Sementara setiap tanggal 15 bulan 8 kalendar Tionghoa dirayakan sebagai hari ucapan terima kasih untuk Hok Tek Ceng Sin.
Umat Buddha akan memberikan kue rembulan sebagai ucapan syukur atas hasil panen yang berlimpah dan rezeki sepanjang tahun kemarin.
- Makam Kyai Juru Mudi
Nahkoda armada Zheng He yang bernama Ong Keng Hong / Wang Jing Hong saat datang ke Pulau Jawa untuk kedua kalinya mendadak jatuh sakit.
Dikarenakan sakit keras, ia tidak bisa melanjutkan perjalanan dan harus beristirahat di Semarang untuk mendapat pengobatan.
Setelah sembuh, Wang memilih untuk tetap tinggal di Simongan dan bergaul dengan penduduk setempat.
Ia menggarap lahan dan membangun rumah.
Berkat jerih payahnya, lingkungan sekitar gua jadi berkembang dan makmur.
Wang Jing Hong meninggal pada usia 87 tahun dan dimakamkan di samping goa Sam Poo Kong.
Makam tersebut dikenal dengan sebutan Makam Kyai Juru Mudi.
Sejak itu penduduk kota Semarang dan sekitarnya sering datang ke sini untuk berziarah atau berdoa meminta berkah.