Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Pedesaan Kuno di China Ini Berpotensi jadi Situs Warisan Dunia UNESCO

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sekelompok komunitas Dong di provinsi Guangxi, China.

Agama mereka berpusat pada penyembahan alam, dan mereka berbicara dengan dialek yang lebih dekat hubungannya dengan Thailand daripada bahasa Mandarin dan Kanton yang dominan di China.

Mereka diyakini memiliki hubungan genetik yang erat dengan beberapa etnis lain ini, dan pakaian tradisional flamboyan mereka bisa terlihat sangat mirip.

Namun seperti yang dicatat UNESCO di situs webnya, "Keaslian bahasa Dong, festival, lagu dan tarian, obat-obatan, kerajinan tangan, dan warisan tak berwujud lainnya telah terpelihara dengan baik di semua Desa Dong yang dinominasikan."

Ada berbagai aspek keindahan yang membuat komunitas Dong masuk dalam daftar tentatif Situs Warisan Dunia UNESCO.

Rumah-rumah panggung yang dibangun dengan kayu cemara menggantikan gedung pencakar langit, sungai berkelok-kelok menggantikan jalan raya, petak sayuran mengisi supermarket, dan orang-orang lebih banyak berkumpul di alun-alun desa daripada di pusat perbelanjaan.

Terdapat pula salah satu simbol komunitas Dong, yaitu menara genderang.

Jembatan Angin dan Hujan di Chengyang. (Ronan O'Connell via The National)

Bangunan kayu yang megah ini berdiri setinggi 30 meter dan didekorasi oleh puluhan lapis atap, serta mural atau ukiran yang menggambarkan mitologi Dong.

Yang lebih memikat daripada menara genderang Dong adalah jembatan tertutupnya yang luar biasa.

Membentang di sungai Linxi,jembatan sepanjang 80 meter yang dibangun pada tahun 1912 ini bagaikan karya seni yang fungsional.

Lima paviliun kayunya masing-masing memiliki atap-atap yang dihiasi dengan ukiran burung phoenix.

Jembatan ini dirancang hanya untuk pejalan kaki, itulah mengapa tidak ada mobil atau truk di desa ini.

Dengan berbagai daya tarik yang ditawarkan, desa ini mungkin bisa menjadi destinasi primadona baru di China jika ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.

Bukan tanpa alasan, komunitas kuno tersebut dianggap memiliki wawasan yang sangat berharga tentang masa lalu penduduk China.

Baca juga: Melihat Keunikan Desa Wisata Puton di Bantul, Destinasi yang Rutin Dikunjungi Wisatawan Asing

Baca juga: Di Desa Terdingin di Dunia, Anak-anak Tetap Pergi Sekolah Meski Suhu Capai -50 Derajat Celcius

Baca juga: Bertahun-tahun Diejek, Desa Bernama Fucking di Austria ini Akhirnya Berubah Nama

Baca juga: Desa di India Ini Akhiri Perayaan Diwali dengan Perang Kotoran Sapi, Diklaim Bisa Sembuhkan Penyakit

Baca juga: Menelusuri Keindahan Desa Penglipuran, Desa Terbersih di Bali untuk Liburan Akhir Pekan

(TribunTravel.com/Muhammad Yurokha M)