Louis yang tinggal sendiri ini telah melakukan perjalanan sepuluh hari ke Mesir untuk menyelam dan mencari properti dan tanah untuk diinvestasikan.
Dia mengaku diizinkan melakukan perjalanan ke Hurghada dari Bandara Gatwick tanpa harus memakai masker setelah menjelaskan kecacatannya kepada pramugari.
Dia menambahkan, "Undang-Undang Kesetaraan ada karena suatu alasan. Mereka harus mengikuti itu dan mereka tidak boleh mendiskriminasi orang-orang yang memiliki disabilitas tersembunyi".
"(Kru kabin) tampaknya tidak memahami bahwa kebijakan perusahaan tidak dapat mengesampingkan undang-undang dan pramugari terus berusaha menghindar ketika saya mencoba menjelaskan kepadanya".
"Para kapten perlu diberi tahu tentang Undang-Undang Kesetaraan, karena kaptenlah yang memiliki keputusan akhir, tetapi dia hanya seorang pengemudi. Bagaimana dia bisa tahu tentang itu?" tuturnya.
Menjelaskan PTSD-nya, Louis berkata, "Ketika saya berada di ambulans (pada tahun 2012) saya diikat dan saya mengenakan masker oksigen, jadi ketika saya memiliki penutup wajah, itu menyebabkan masalah psikologis bagi saya".
"Kadang-kadang saya bisa memakai masker selama beberapa menit dan itu baik-baik saja tetapi kemudian tiba-tiba saya mengalami kilas balik dan itu akan memicu sesuatu dan saya akan mulai bertingkah aneh. Itu memalukan," lanjutnya.
Seorang juru bicara EasyJet berkata, "Tanggung jawab utama kru kami adalah untuk kesehatan dan kesejahteraan semua penumpang dan selama pandemi ini lebih penting dari sebelumnya".
"Untuk keamanan semua penumpang dan sejalan dengan pedoman EASA, EasyJet mewajibkan semua penumpang untuk mengenakan masker dan kami memastikan penumpang mengetahui persyaratan tersebut selama perjalanan mereka mulai dari pemesanan dan seterusnya. Di Mesir juga wajib memakai masker wajah," katanya.
Dia menambahkan, "Kami tahu beberapa penumpang mungkin tidak bisa memakai masker, jadi kami memberi tahu semua pelanggan sebelum perjalanan tentang apa yang harus dilakukan jika mereka memerlukan pengecualian".
Mereka harus memberikan sertifikat medis atau kartu pengecualian atau tali pengikat kepada awak kabin di dalam pesawat.
Sayangnya, meskipun meminta ini dalam beberapa kesempatan, Louis gagal memberikan sertifikat medis atau pengecualian Pemerintah.
"Kami minta maaf jika Tuan Stead tidak senang dengan cara penanganan ini di atas kabin, namun kru bertanggung jawab kepada semua pelanggan di atas kabin".
Baca juga: 46 Perjalanan KA Lokal di Daop 8 Surabaya Ini Bebaskan Syarat Rapid Test untuk Penumpang
Baca juga: Tolak Pakai Masker dengan Benar, Penumpang Wanita Tinju Pramugari yang Menegur
Baca juga: Untuk Pertama Kalinya, Qatar Airways Sajikan Hidangan Gourmet Vegan untuk Penumpang Kelas Bisnis
Baca juga: Penumpang Bisa Naik 4 Kereta Api Ini Tanpa Syarat Rapid Test
Baca juga: Diminta Kenakan Masker dengan Benar, Penumpang Ini Marah dan Tampar Pramugari
(TribunTravel.com/Nurul Intaniar)