Dirinya juga menerangkan bahwa fenomena alam itu hanya berlangsung sebentar, sekitar 30 menit hingga 2 jam saja.
"Sinar matahari akan memanaskan partikel air yang super dingin di awan Cirrus. Akhirnya lama kelamaan fenomena itu menghilang," tambahnya.
Selain itu, dirinya juga menambahkan, fenomena alam itu adalah peristiwa biasa, dan bukan sebagai suatu pertanda bencana, seperti gempa dan lain sebagainya.
"Oleh karena itu masyarakat tidak perlu bingung dan panik, dan jangan terpengaruh dengan mitos atau informasi yang menyesatkan terkait fenomena tersebut," pungkasnya.
Fenomena Halo Matahari di Langit Bali
Diberitakan Tribun Bali, langit sebagian Pulau Dewata pada hari Umanis Kuningan, Minggu (27/9/2020), berbeda dari hari biasanya, tampak matahari siang ini dihiasi dengan lingkaran cahaya seperti cincin yang mengelilingi matahari.
Fenomena ini pun ramai dibagikan oleh warganet di lini media sosial yang berhasil mengabadikan momen tak biasa ini, seperti di Kawasan Kota Denpasar maupun Legian, Kuta, Badung, Bali.
Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar Iman Faturahman, menjelaskan fenomena ini lazim disebut dengan fenomena Halo.
"Fenomena tersebut merupakan fenomena Halo yaitu fenomena optis berupa lingkaran cahaya yang mengelilingi matahari ataupun bulan. Halo terjadi karena adanya refleksi dan pembiasan sinar matahari oleh permukaan es yang berbentuk batang atau prisma dari awan cirrus yang sangat dingin di atmosfer," jelasnya saat dikonfirmasi Tribun Bali.
Ia memastikan fenomena ini tidak terkait dengan tanda-tanda semisal adanya bencana yang akan datang.
"Ini fenomena biasa yang tidak menunjukkan sesuatu hal lain ataupun bencana," ujarnya.
Penampakan fenomena Halo bergantung pada ada tidaknya Awan Cirrus di wilayah tersebut sehingga tidak semua wilayah di Bali bisa menyaksikan fenomena ini.
"Fenomena halo bukan fenomena astronomis seperti halnya gerhana matahari. Bisa terjadi di tempat yang sedang mengalami cuaca cerah dan terdapat awan Cirrus. Saat ini tidak semua wilayah Bali dapat melihatnya, karena kondisi cuaca di Bali tidak sama di semua wilayah. Ada yang sedang cerah dan ada yang kondisinya berawan," bebernya.
Lanjutnya, fenomena Halo terjadi hanya beberapa saat dan akan berakhir jika awan Cirrus sudah mulai punah atau menghilang dan atau ditutupi oleh awan-awan lainnya.
Masyarakat tidak dianjurkan melihatnya dengan mata telanjang.
"Karena ada pancaran sinar UV dari matahari dan radiasi maka sebaiknya tidak dilihat dengan mata telanjang, bisa berbahaya bagi mata," tutur dia.
(Kompas.com/Dandy Bayu Bramasta | Tribun Bali/Adrian Amurwonegoro)
• Kerajinan Miniatur Mobil Asal Sumedang, Mirip Aslinya Meski Dibuat dari Bahan Sederhana
• Viral di Medsos, Harimau Turun ke Jalan Diduga Akibat Kelaparan
• Saudi Arabian Airlines Kembali Buka Penerbangan Jakarta- Jeddah Seminggu Tiga Kali
• Lezatnya Nasi Biryani Lauk Seafood Bang Bopak, Seporsi Bisa untuk Lima Orang
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Potret Fenomena Halo Matahari di Surabaya, Malang, dan Bali