“Sebelumnya saya tukang bangunan, sejak pandemi corona buruh susah cari kerjaan. Saya punya ide jualan. Saya bikin gerobag sendiri, besoknya langsung jualan,” beber Widyo.
Berkat kreativitas dan keunikan jualannya, tak diragukan jika dagangan Widyo selalu habis setiap hari.
Ia biasa keluar berjualan sebelum waktu dhuhur hingga sore hari.
“Keluar jualan maksimal dhuhur, selesai sampai sehabisnya. Alhamdulillah selalu habis, pukul 15.00-16.00 WIB biasanya sudah habis. Sehari saya jualan hitung lontongnya, kadang bawa 50, kadang 60. Satenya lebih banyak,” terangnya.
Widyo sehari-hari berkeliling di sekitar Kecamatan Umbulharjo.
Ia sendiri berdomisili di daerah Sorogenen, Umbulharjo.
Menurutnya, banyak orang menyukai sate kere jualannya karena tidak menyebabkan kolesterol.
Sebab terbuat dari tempe, bukan daging.
“Orang banyak yang senang, ini enggak bikin kolesterol,” ucapnya.
• 6 Sop dan Soto Enak di Malang untuk Sarapan, Coba Segarnya Soto Ayam Lombok yang Legendaris
• Promo HUT ke-75 RI, Bandara Soekarno-Hatta Beri Diskon Menginap di Hotel Kapsul
• Promo HUT ke-75 RI, KAI Beri Diskon Tiket Kereta hingga 75% Catat Cara Dapatkannya
• Soto Sampah dan 4 Kuliner Malam di Jogja yang Buka Sampai Dini Hari
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Unik dan Kreatif! Sate Kere Mbah Widyo di Yogya Gunakan Gending Jawa untuk Menarik Pembeli