Hingga suatu hari, seorang mahasiswa Universitas Indonesia yang menjadi pelanggan setia memesan es campur dengan komposisi berbeda: alpukat, nangka, dan kelapa, ditambah kental manis serta sirup gula buatan sendiri.
Setelah menyeruput, ia spontan berseloroh, "Wah, esnya bikin teler. Ya sudah, Yayuk, namain aja es teler."
Celetukan itu ternyata menjadi titik balik.
Nama “es teler” melekat hingga sekarang, dan menu itu menjadi primadona.
Dari Pegangsaan ke Metropole
Popularitas es teler membuat Samijem harus berpindah lokasi.
Baca juga: Mengenal Es Oyen, Minuman Menyegarkan dari Kota Bandung yang Mirip Es Teler
Dari Jalan Cilacap, ia pindah ke Jalan Pegangsaan Barat, menambah menu ayam bakar meski saat itu belum setenar es telernya.
Di era ini, artis-artis populer seperti Maya Rumantir, Endang S. Taurina, dan Ratih Purwasih menjadi pelanggan.
Sekitar tahun 1987, Samijem kembali pindah ke kompleks Megaria, yang kini dikenal sebagai Bioskop Metropole, Jakarta Pusat.
Lokasi ini menjadi rumah tetap Es Teler Sari Mulia Asli hingga hari ini.
Pengelolaan usaha kemudian dilanjutkan oleh Siswadi (54), keponakan Samijem, yang setia membantu sejak 1985.
Sistem sewa berbagi keuntungan diterapkan, dan kualitas rasa tetap dijaga seperti racikan awal.
Baca juga: 5 Es Khas Nusantara yang Cocok Jadi Menu Takjil Buka Puasa, Cobain Segarnya Es Teler
Berbeda dari es buah biasa, es teler ini hanya menggunakan kelapa, nangka, alpukat, kental manis, dan sirup gula racikan sendiri itulah kunci rasa manis khasnya.
Ciri lain yang membedakan adalah penyajian di gelas, bukan mangkuk, dengan es batu kotak agar tidak cepat cair.
"Kalau cair, kenikmatannya berkurang," jelas Siswadi.