Beberapa menhir terletak di tepi pantai, sekitar 500 meter di belakang perkampungan.
Dua di antaranya sangat istimewa. Kubur batu pertama adalah milik Ratondelo, anak laki-laki pasangan Gaura-Mamba, di kemudian hari dipercaya sebagai Raja Sumba.
Setelahnya adalah kubur batu dari Rato Pati Leko, seorang pejuang paling dihormati oleh warga setempat.
Di luar itu ada empat menhir diabadikan sebagai tugu, yakni segel kampung sebagai penanda teritori desa adat.
Tugu lain adalah Katoda, yaitu batu yang dipercayai bertuah bisa mendatangkan kemenangan dalam berperang.
Jumlahnya dua buah.
Tugu ketiga adalah kubur Ambu Lere Loha, yang dipercaya mempunyai kekuatan guntur kilat.
Terakhir adalah tugu untuk meminta hujan.
Keunikan Ratenggaro tak hanya soal menhir.
Kehidupan masyarakat di sana masih memegang kuat tradisi peninggalan para leluhur.
Pemujaan terhadap para leluhur menjadi bagian utama dari kepercayaan mereka yakni Marapu, yang juga dianut oleh sebagian masyarakat di Pulau Sumba.
Hal ini tampak dari bentuk tempat tinggal mereka.
Penduduk di sana tinggal di rumah panggung dengan atap menara menjulang tinggi.
Menara pada rumah adat di Ratenggaro adalah yang tertinggi di antara rumah adat lain di seluruh Pulau Sumba.
Tingginya mencapai 15 sampai 30 meter.
Baca juga: Harga Tiket Masuk Bendungan Waikelo Sawah di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur
Baca tanpa iklan