TRIBUNTRAVEL.COM - Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki banyak desa adat adat yang masih terjaga dengan baik.
Salah satunya Kampung Adat Ratenggaro.
Dikutip dari indonesia.go.id, Kampung Adat Ratenggaro memiliki daya tarik pada keunikan rumah adat dan ratusan kubur batu berusia ribuan tahun.
Kawasan pantainya pun tak kalah cantik dengan pasir putih halus dan ombak besarnya, cocok bagi penikmat olahraga berselancar.
Baca juga: Pesona Pantai Amrita di Kabupaten Sikka, NTT: Tawarkan Pemandangan Sunset Menawan
Letak desa adat ini ada di ujung selatan Sumba, tepatnya di Desa Maliti Bondo Ate, Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Lokasinya persis di muara Sungai Wai Ha dan bersebelahan dengan Kampung Adat Wainyapu.
LIHAT JUGA:
Ratenggaro merupakan gabungan dua kata, rate yang berarti kuburan dan garo, nama suku di Sumba.
Dari hikayat setempat diketahui bahwa desa ini awalnya terbentuk usai perang antarsuku, di antaranya melibatkan warga dari Suku Garo.
Perang berakhir ketika Suku Garo dikalahkan lawan dan seluruh warganya terbunuh serta dimakamkan di sekitar wilayah peperangan.
Kisah inilah yang menyebabkan desa tersebut dinamai Desa Ratenggaro.
Uniknya, seluruh orang yang terbunuh dalam peperangan tadi dikubur dalam bebatuan atau menhir. Kubur batu ini berserak di sekitar desa, bahkan jumlahnya mencapai 304 buah.
Teknik menhir di perkampungan ini diketahui sudah ada sejak zaman megalitikum atau sekitar 4.500 tahun lampau.
Bentuknya beraneka rupa, umumnya seperti sebuah meja batu datar ditopang oleh pilar, tentunya berbahan batu pula.
Di antara kubur batu itu terdapat makam pendiri Ratenggaro, Gaura dan istrinya, Mamba.
Baca tanpa iklan