Ia pernah mengalami kerugian besar akibat tertipu oleh pemasok madu palsu.
Satu pemasok menjual madu oplosan yang setelah dicek oleh ahli ternyata bukan madu asli.
"Bentuk madu palsu yang saya beli dulu hampir sama dengan aslinya, rasanya pun mirip-mirip. Tapi ahli madu tidak bisa dibohongi, dan setelah dicek ternyata itu palsu," ungkap Yendra.
Akibatnya, sekira 300 kg madu harus dibuang, dan ia mengalami kerugian jutaan rupiah.
Dari pengalaman tersebut, Yendra belajar lebih berhati-hati dalam memilih pemasok.
Ia pun memutuskan untuk membentuk tim pencari madu hutan sendiri agar bisa menjamin keaslian produknya.
Selain itu, Yendra juga menghadapi tantangan dalam membangun kepercayaan pelanggan.
Banyak orang ragu membeli madu secara online karena takut mendapatkan produk palsu.
Untuk mengatasi hal ini, ia mulai membangun reputasi dengan memberikan edukasi kepada pelanggan mengenai ciri-ciri madu asli dan manfaatnya bagi kesehatan.
"Madu Al Ghozi bisa dijamin 100 persen keasliannya, boleh dicek di mana pun," katanya.
Strategi Pemasaran Madu Al Ghozi
Bagaimana cara Yendra memasarkan produknya hingga sukses?
Merek "Al Ghozi" diambil dari bahasa Arab yang berarti kebangkitan.
Kini, produknya telah tersebar secara nasional berkat strategi pemasaran yang efektif.
"Alhamdulillah, pemasaran lancar melalui media sosial seperti WhatsApp, Facebook, Instagram, dan Shopee. Saya juga pasarkan di supermarket dan event pameran besar," jelasnya.