Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mata Lokal UMKM

Liburan ke Pontianak, Wajib Beli Oleh-oleh Cokelat Kalara Borneo, Harga Mulai Rp 40 Ribu

Penulis: Nurul Intaniar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi cokelat yang diolah dari biji kakao, cocok untuk oleh-oleh liburan.

Uniknya, cita rasa cokelat dari kedua daerah tersebut berbeda.

Baca juga: Roarrty Hadirkan Varian Menu Cranberry untuk Oleh-oleh, Pencinta Roti Sourdough Wajib Coba

Cokelat Kapuas Hulu yang ditanam dengan sistem agroforestri memiliki rasa yang lebih kuat.

Sementara cokelat Sintang yang ditanam di tengah kebun karet memiliki sentuhan rasa kacang-kacangan.

Selain cokelat, Kalara Borneo juga mengolah buah maram menjadi sirup.

Buah yang tumbuh di rawa gambut ini memiliki rasa asam manis yang segar.

Tantangan dan Kisah Unik

Kalara Borneo berencana memasuki pasar Eropa, khususnya Belanda.

Meski belum memiliki izin ekspor, Tamara optimis bisa merambah pasar internasional. 

Baca juga: Tenun Lurik Pedan, Oleh-oleh yang Wajib Bawa Pulang saat Liburan ke Klaten, Jawa Tengah

Tahun lalu, produk Kalara, termasuk sirup maram, diterima baik di Belanda karena rasanya yang mirip minuman musim panas Eropa.

"Sirup maram kami sangat diminati di Belanda, rasanya mirip dengan minuman musim panas di sana,” katanya.

Kesuksesan Kalara Borneo dalam mengolah cokelat lokal tidak terlepas dari berbagai tantangan.

Tamara menyebut, modal usaha sebagai hambatan terbesar dalam bisnis ini.

"Pengolahan cokelat tidak bisa dilakukan secara manual dan membutuhkan mesin khusus yang sebagian besar tidak tersedia di Indonesia," jelas Tamara.

Selain investasi mesin, biaya produksi, perizinan, dan pembangunan rumah produksi juga cukup besar.

Tantangan lainnya datang dari petani kakao, yang kurang percaya pada pasar kakao dan terbiasa menanam secara monokultur.

Halaman
1234