Untuk mengatasinya, Kalara Borneo aktif mengedukasi dan mensosialisasikan cara baru kepada petani.
"Kami memberikan pemahaman tentang pengolahan kakao yang baik dan keuntungan yang bisa mereka peroleh dengan bermitra dengan kami," ujar Tamara.
Kini, Kalara Borneo telah bermitra dengan 30 hingga 100 petani di Sintang dan Kapuas Hulu.
Setiap bulan, para petani menyuplai 30 hingga 100 kilogram biji kakao ke Kalara Borneo.
Tamara juga berbagi kisah unik selama merintis usaha cokelat ini.
Banyak petani yang terkejut ketika mencoba cokelat hasil olahan mereka sendiri.
"Padahal pada faktanya coklat yang asli itu adalah rasanya pahit bukan manis," katanya.
"Jadi sebenarnya mereka tidak gagal, hanya mereka tidak tahu saja bahwa rasa coklat yang asli itu pahit," cerita Tamara.
Dukungan Pemerintah dan Harapan ke Depan
Tamara menyebut Kalara Borneo mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi dan UMKM, serta Dinas Perindustrian Kalimantan Barat.
Tamara berharap pemerintah dapat terus mendukung dan memfasilitasi UMKM seperti Kalara Borneo agar dapat berkembang dan naik kelas.
Untuk saat ini, pemasaran Kalara Borneo dilakukan secara online melalui Tokopedia dan menyasar hotel, restoran, dan kafe.
"80 persen penjualan kami berasal dari hotel, restoran, dan kafe. Namun, kami juga ingin menjangkau masyarakat luas," harapnya.
Ke depannya, Kalara Borneo akan terus berinovasi dan mengembangkan produk turunan maram, seperti selai dan fruit leather.
Tamara bermimpi untuk mengangkat produk lokal Kalimantan ke mata dunia dan memperkenalkan cita rasa asli Kalimantan kepada masyarakat luas.