TRIBUNTRAVEL.COM - Pada tahun 1999, seorang pria dilaporkan memohon kepada dokter untuk berhenti merawatnya karena dia 'menangis darah' dan 'kulitnya meleleh' sebelum meninggal dengan kematian yang mengerikan.
Jika berbicara tentang cara mati yang paling buruk, dikuliti hidup-hidup, dibakar sampai mati, dan ditenggelamkan semuanya terdengar sangat brutal.
Baca juga: 5 Bencana Nuklir Terburuk dalam Sejarah Berdasarkan Tingkat Keparahannya
Baca juga: Fakta Mengerikan Runit Dome, Makam Beton Kepulauan Marshall yang Dipenuhi Limbah Nuklir Mematikan
Namun tak satu pun dari mereka yang mendekati apa yang terjadi pada Hisashi Ouchi.
Ouchi adalah seorang teknisi di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Tokaimura, sekitar 90 mil barat laut Tokyo.
Baca juga: Pesawat Kiamat Joe Biden untuk Perang Nuklir Terbang di Langit Wales, Ada Apa?
Baca juga: Liburan ke Padang, Wajib Coba Kuliner Malam Mie Nuklir dan 5 Bakmi yang Terkenal Enak
Dilansir dari unilad, pada 1999, bencana terjadi di pembangkit listrik ketika tiga pekerja berusaha menuangkan uranium ke dalam tong logam besar.
Tak satu pun dari orang-orang yang terlibat dalam proses rumit tersebut telah dilatih dengan baik untuk melaksanakannya dan, karena kesalahan perhitungan, cairan tersebut mencapai 'titik kritis'.
Dalam teknik nuklir, titik kritis atau massa kritis mengacu pada jumlah terkecil bahan fisil yang diperlukan untuk reaksi berantai nuklir yang berkelanjutan.
Karena orang-orang tersebut melakukan prosedur secara manual, mereka tidak dapat mengukur berapa banyak uranium yang ditransfer dan akhirnya menggunakan 16kg – 13,6kg melebihi batas.
Hal ini kemudian melemparkan radiasi neutron dan sinar gamma yang berbahaya ke dalam gedung.
Ouchi terkena radiasi lebih banyak dibandingkan pekerja lainnya, menderita luka bakar, pusing, dan muntah-muntah hebat.
Namun mimpi buruk pria berusia 35 tahun itu baru saja dimulai.
Diketahui bahwa Ouchi telah menyerap 17 Sieverts (sv) radiasi, yang merupakan jumlah radiasi tertinggi yang diterima oleh satu orang yang hidup - sekitar dua kali lipat jumlah radiasi yang dapat membunuh seseorang.
Sebagai perbandingan, petugas tanggap darurat di Chernobyl hanya terpapar 0,25 sv.
Dia dilarikan ke Rumah Sakit Universitas Tokyo, di mana dokter menemukan bahwa tidak ada sel darah putih di tubuh Ouchi.
Dia sangat membutuhkan cangkok kulit ekstensif dan transfusi darah berkali-kali, dan paparan terhadap zat berbahaya dilaporkan membuatnya 'menangis darah'.
Baca juga: 9 Negara dengan Senjata Nuklir Terbanyak di Dunia, Rusia & Amerika Serikat Mendominasi