Jalur itu merupakan kelanjutan dari pembangunan perkeretaapian yang ada yaitu jalur Bangil-Pasuruan-Probolinggo yang beroperasi pada tahun 1884.
Jalur kereta api Panarukan-Bondowoso-Kalisat-Jember pada awalnya digunakan untuk mengangkut komoditas penting seperti tembakau, kopi, beras dan produk perkebunan lainnya seperti teh dari Jember, Banyuwangi, Bondowoso dan Situbondo ke pelabuhan di Panarukan.
Semasa perang kemerdekaan, Stasiun Bondowoso menjadi saksi bisu Peristiwa Gerbong Maut.
Sebuah kisah pemindahan 100 tawanan pejuang Indonesia dari Bondowoso ke Surabaya menggunakan kereta api.
Nahas, 46 pejuang gugur dalam pemindahan tersebut.
Peristiwa ini menyebar luas di belahan dunia, membuat kedudukan Belanda di mata dunia tercemar.
Baca juga: 7 Tempat Wisata untuk Merayakan Libur Hari Raya Waisak, Termasuk Candi Borobudur yang Ikonik
Stasiun Bondowoso sebagai stasiun terbesar di Bondowoso biasa melayani kereta lokal Jember dan tujuan Panarukan.
Namun, pada tahun 2004 stasiun Bondowoso dan jalur Panarukan-Bondowoso dinonaktifkan.
Sebagai upaya untuk melestarikan dan mengenang nilai-nilai kepahlawanan para pejuang yang gugur dalam peristiwa heroik "Gerbong Maut" guna mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Stasiun Bondowoso dialihfungsikan menjadi museum.
Peresmian diadakan pada tanggal 17 Agustus 2016 bertepatan dengan ulang tahun ke-71 Indonesia oleh Bupati Bondowoso, drs. H. Amin Said Husni.
Kamu dapat melihat koleksi lokomotif dan gerbong penumpang tua yang telah dipulihkan dengan baik serta mengetahui lebih banyak tentang perkeretaapian di kawasan timur Jawa melalui artefak dan informasi yang dipamerkan di museum ini.
4. Lawang Sewu
Nama Lawang Sewu pasti sudah tidak asing lagi di telinga.
Bangunan bersejarah ini sering kali muncul di acara televisi.
Lawang Sewu adalah gedung bersejarah milik KAI yang awalnya digunakan sebagai Kantor Pusat perusahaan kereta api swasta Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).
Gedung Lawang Sewu dibangun secara bertahap, bangunan utama dimulai pada 27 Februari 1904 dan selesai pada Juli 1907.
Sedangkan bangunan tambahan dibangun sekitar tahun 1916 dan selesai tahun 1918.
Bangunannya dirancang oleh arsitek terkenal dari Delft, Belanda yakni Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, arsitek di Amsterdam.
Kedua arsitek tersebut mendesain Gedung Lawang Sewu serta memimpin pembangunan dari Belanda dengan membat semua gambar dan mengirim semua laporan.
Kantor pusat NISM adalah salah satu kantor modern pertama yang didirikan di Indonesia.
Dengan menggunakan galeri di luar, bangunan ini sangat cocok untuk iklim tropis.
Arsitektur bangunan memiliki karaker yang sangat diperhatikan dan dibedakan. Pada bangunan utama terdapat kaca patri buatan seniman JL. Schouten dari studio ‘t Prinsenhof di Delft.
Salah satu ornamen pada kaca patri melukiskan roda terbang yang melambangkan kejayaan perkeretaapian pada masa itu
Nama lawang sewu merupakan julukan dalam Bahasa jawa yang berarti Pintu Seribu sebagai penggambaran karena memiliki jumlah pintu sangat banyak, meski jumlahnya tidak sampai seribu.
Saat ini Gedung Lawang Sewu dimanfaatkan sebagai museum yang menyajikan beragam koleksi dari sejarah perkeretaapian di Indonesia. Koleksi yang dipamerkan antara seperti koleksi Alkmaar, mesin Edmonson, Mesin Hitung, Mesin Tik, Replika Lokomotif Uap, Surat Berharga, dan lain-lain.
Lawang Sewu menyajikan proses pemugaran gedung Lawang Sewu yang terdiri dari foto, video, dan material restorasi.
Mendekati pintu keluar, terdapat perpustakaan berisikan buku-buku tentang kereta api.
Selain menjadi tempat wisata sejarah, Gedung Lawang Sewu juga dapat disewa untuk kegiatan Pameran, Ruang Pertemuan, Pemotretan, Shooting, Pesta Pernikahan, Festival, Bazar, Pentas Seni, Workshop dan lain sebagainya.
Baca juga: 5 Tempat Wisata Gratis di Bandung Buat Liburan Akhir Pekan, Termasuk Babakan Siliwangi Forest Walk
(TribunTravel.com/mym)
Untuk membaca artikel terkait berita rekomendasi wisata, kunjungi laman ini.