TRIBUNTRAVEL.COM - Kereta api masih menjadi salah satu moda transportasi favorit untuk bermobilitas.
Nah, buat kamu yang sering bepergian naik kereta api, tak ada salahnya untuk mengetahui sejarahnya pula.
Terlebih di berbagai daerah terdapat museum-museum yang mengungkapkan asal-usul dan perkembangan perkeretaapian.
Museum-museum kereta api tersebut pastinya bisa menjadi tempat wisata pilihan untuk berakhir pekan.
Baca juga: 5 Wisata Pantai di Makassar Buat Libur Sekolah, Wajib Coba Jetski hingga Banana Boat
Selagi berkunjung ke museum, kamu dapat mengenal lebih dalam tentang peninggalan sejarah kereta api.
Bisa pula melihat berbagai koleksi yang unik serta informasi menarik lainnya.
Penasaran ingin berkunjung ke museum-museum kereta api yang dikelola langsung oleh KAI?
Melansir kai.id, Sabtu (18/2/2024), berikut beberapa museum kereta api yang bisa kamu kunjungi.
1. Museum Ambarawa
Museum Ambarawa awal mulanya adalah sebuah stasiun yang bernama Stasiun Willem I.
Penamaan Willem I berkaitan dengan lokasi stasiun yang tidak jauh dengan Benteng Willem I.
Stasiun ini dibangun oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) yang diresmikan pada tanggal 21 Mei 1873 bersamaan pembukaan lintas Kedungjati-Ambarawa.
Pada awal tahun 1900-an bangunan stasiun direnovasi seperti bentuk saat ini.
Pada awal pengoperasiannya, Stasiun Willem I digunakan sebagai sarana pengangkutan komoditas ekspor dan transportasi militer di sekitar Jawa Tengah.
Setelah nonaktif tahun 1976, Stasiun Ambarawa dicanangkan sebagai museum kereta api oleh Gubernur Jawa Tengah pada saat itu, Supardjo Rustam berkolaborasi dengan Ir. Soeharso selaku Kepala Eksploitasi Tengah Perusahaan Jawatan Kereta Api (kini KAI).
Stasiun Ambarawa dipilih karena Ambarawa memiliki latar belakang historis yang kuat dalam perjuangan kemerdekaan.
Tempat ini menyimpan teknologi kuno yang masih bisa dioperasikan dengan baik serta memiliki lahan yang luas.
Kini, Museum Ambarawa menampilkan koleksi perekeretaapian dari masa Hindia Belanda hingga pra kemerdekaan RI yang meliputi sarana, prasarana dan perlengkapan administrasi.
Beberapa koleksi sarana perkeretaapian heritage seperti 26 Lokomotif Uap, 4 Lokomotif Diesel, 5 Kereta dan 6 Gerbong dari berbagai daerah.
Kamu juga dapat menikmati perjalanan wisata dengan menaiki Kereta Api Wisata relasi Ambarawa-Tuntang (PP) dengan lokomotif uap maupun kereta diesel vintage.
Selain itu terdapat rute kereta Api Wisata Ambarawa-Jambu-Bedono (PP) yang menggunakan lokomotif uap bergigi untuk melewati rel bergerigi.
Rel bergerigi tersebut satu-satunya yang masih aktif di Indonesia.
Selain menjadi tempat wisata sejarah, museum dapat disewa untuk kegiatan Pameran, Ruang Pertemuan, Pemotretan, Shooting, Pesta Pernikahan, Festival, Bazar, Pentas Seni, Workshop dan lain-lain.
Baca juga: 3 Tempat Wisata Candi untuk Libur Hari Raya Waisak, Suguhkan Bangunan Bersejarah yang Memukau
2. Museum Kereta Api Sawahlunto
Museum Kereta Api Sawahlunto merupakan sebuah museum yang berlokasi di kota Sawahlunto, Sumatera Barat.
Museum ini menampilkan sejarah dan warisan perkeretaapian yang berhubungan dengan pertambangan batu bara di daerah tersebut.
Alasan utama pembangunan awal kereta api di Sumatera Barat adalah sebagai sarana pengangkutan batu bara di Ombilin, Sawahlunto.
Sebelumnya, tahun 1867 dilakukan penelitian oleh seorang ahli geologi W.H. de Greeve dan setahun kemudian ditemukan kandungan batu bara di Ombilin.
Sejarah museum ini berawal dari pembangunan jalur kereta api oleh perusahaan kereta api negara Sumatra Staatsspoorwegen (SSS). Pembangunan tersebut dimulai dari Teluk Bayur-Padang Panjang-Bukit Tinggi dan Padang Panjang-Sawahlunto.
Sampai tahun 1892 jalur kereta sudah mencapai Muara Kalaban.
Demi menjangkau lokasi pertambangan batu bara Sawahlunto, pembangunan jalur kereta api dilanjutkan dari Halte Muara kalaban berbelok ke arah utara dengan melalui sebuah terowongan dan jembatan yang melintasi Sungai Lunto sepanjang 30 meter.
Tanggal 1 Januari 1894 jalur tersebut dibuka bersamaan peresmian Stasiun Sawahlunto.
Hasil pertambangan batu bara di Sawahlunto menunjukan hasil yang memuaskan setelah jalur Pelabuhan Teluk Bayur-Sawahlunto selesai.
Baca juga: 6 Tempat Wisata Hits di Padang, Pantai Air Manis Simpan Kisah Malin Kundang
Namun, akhir tahun 2000 produksi batubara di Sawahlunto semakin berkurang.
Secara otomatis aktifitas dan keberadaan kereta api di Sumatera Barat juga terimbas nyata.
Sebagai upaya melestarikan Stasiun Sawahlunto, KAI dan pemerintahan Kota Sawahlunto bekerja sama memanfaatkan Stasiun Sawahlunto sebagai museum.
Museum Sawahlunto diresmikan tanggal 17 Desember 2005 oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Salah satu koleksi Museum Sawahlunto yang terkenal adalah Lokomotif Uap bergigi E1060 atau lebih dikenal dengan sebutan "Mak Itam".
Kamu juga bisa mencoba sensasi berwisata menggunakan kereta api Mak Itam ini lho.
Selain itu, Museum Sawahlunto dapat disewa untuk kegiatan pameran, ruang pertemuan, pemotretan, shooting, pesta pernikahan, festival, bazar, pentas seni, workshop, dan sebagainya.
Jika berkunjung ke museum ini, kamu dapat memahami lebih dalam tentang sejarah perkeretaapian di Sawahlunto dan menghargai warisan budaya dan teknologi yang terkait dengan industri pertambangan batu bara.
3. Museum Kereta Api Bondowoso
Museum Kereta Api Bondowoso adalah museum kereta api pertama di Jawa Timur.
Awalnya, museum ini merupakan stasiun, yaitu Stasiun Bondowoso.
Stasiun tersebut dibangun pada tahun 1893 dan diresmikan pada tanggal 1 Oktober 1897 oleh Staatssporwegen (SS) bersamaan dengan pembukaan jalur kereta api Jember-Kalisat-Bondowoso-Panarukan.
Jalur itu merupakan kelanjutan dari pembangunan perkeretaapian yang ada yaitu jalur Bangil-Pasuruan-Probolinggo yang beroperasi pada tahun 1884.
Jalur kereta api Panarukan-Bondowoso-Kalisat-Jember pada awalnya digunakan untuk mengangkut komoditas penting seperti tembakau, kopi, beras dan produk perkebunan lainnya seperti teh dari Jember, Banyuwangi, Bondowoso dan Situbondo ke pelabuhan di Panarukan.
Semasa perang kemerdekaan, Stasiun Bondowoso menjadi saksi bisu Peristiwa Gerbong Maut.
Sebuah kisah pemindahan 100 tawanan pejuang Indonesia dari Bondowoso ke Surabaya menggunakan kereta api.
Nahas, 46 pejuang gugur dalam pemindahan tersebut.
Peristiwa ini menyebar luas di belahan dunia, membuat kedudukan Belanda di mata dunia tercemar.
Baca juga: 7 Tempat Wisata untuk Merayakan Libur Hari Raya Waisak, Termasuk Candi Borobudur yang Ikonik
Stasiun Bondowoso sebagai stasiun terbesar di Bondowoso biasa melayani kereta lokal Jember dan tujuan Panarukan.
Namun, pada tahun 2004 stasiun Bondowoso dan jalur Panarukan-Bondowoso dinonaktifkan.
Sebagai upaya untuk melestarikan dan mengenang nilai-nilai kepahlawanan para pejuang yang gugur dalam peristiwa heroik "Gerbong Maut" guna mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Stasiun Bondowoso dialihfungsikan menjadi museum.
Peresmian diadakan pada tanggal 17 Agustus 2016 bertepatan dengan ulang tahun ke-71 Indonesia oleh Bupati Bondowoso, drs. H. Amin Said Husni.
Kamu dapat melihat koleksi lokomotif dan gerbong penumpang tua yang telah dipulihkan dengan baik serta mengetahui lebih banyak tentang perkeretaapian di kawasan timur Jawa melalui artefak dan informasi yang dipamerkan di museum ini.
4. Lawang Sewu
Nama Lawang Sewu pasti sudah tidak asing lagi di telinga.
Bangunan bersejarah ini sering kali muncul di acara televisi.
Lawang Sewu adalah gedung bersejarah milik KAI yang awalnya digunakan sebagai Kantor Pusat perusahaan kereta api swasta Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).
Gedung Lawang Sewu dibangun secara bertahap, bangunan utama dimulai pada 27 Februari 1904 dan selesai pada Juli 1907.
Sedangkan bangunan tambahan dibangun sekitar tahun 1916 dan selesai tahun 1918.
Bangunannya dirancang oleh arsitek terkenal dari Delft, Belanda yakni Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, arsitek di Amsterdam.
Kedua arsitek tersebut mendesain Gedung Lawang Sewu serta memimpin pembangunan dari Belanda dengan membat semua gambar dan mengirim semua laporan.
Kantor pusat NISM adalah salah satu kantor modern pertama yang didirikan di Indonesia.
Dengan menggunakan galeri di luar, bangunan ini sangat cocok untuk iklim tropis.
Arsitektur bangunan memiliki karaker yang sangat diperhatikan dan dibedakan. Pada bangunan utama terdapat kaca patri buatan seniman JL. Schouten dari studio ‘t Prinsenhof di Delft.
Salah satu ornamen pada kaca patri melukiskan roda terbang yang melambangkan kejayaan perkeretaapian pada masa itu
Nama lawang sewu merupakan julukan dalam Bahasa jawa yang berarti Pintu Seribu sebagai penggambaran karena memiliki jumlah pintu sangat banyak, meski jumlahnya tidak sampai seribu.
Saat ini Gedung Lawang Sewu dimanfaatkan sebagai museum yang menyajikan beragam koleksi dari sejarah perkeretaapian di Indonesia. Koleksi yang dipamerkan antara seperti koleksi Alkmaar, mesin Edmonson, Mesin Hitung, Mesin Tik, Replika Lokomotif Uap, Surat Berharga, dan lain-lain.
Lawang Sewu menyajikan proses pemugaran gedung Lawang Sewu yang terdiri dari foto, video, dan material restorasi.
Mendekati pintu keluar, terdapat perpustakaan berisikan buku-buku tentang kereta api.
Selain menjadi tempat wisata sejarah, Gedung Lawang Sewu juga dapat disewa untuk kegiatan Pameran, Ruang Pertemuan, Pemotretan, Shooting, Pesta Pernikahan, Festival, Bazar, Pentas Seni, Workshop dan lain sebagainya.
Baca juga: 5 Tempat Wisata Gratis di Bandung Buat Liburan Akhir Pekan, Termasuk Babakan Siliwangi Forest Walk
(TribunTravel.com/mym)
Untuk membaca artikel terkait berita rekomendasi wisata, kunjungi laman ini.