TRIBUNTRAVEL.COM - Selama 31 tahun, Catherine King dan suaminya Wayne Adams hidup bersama di Kanada.
Menariknya, mereka hidup di sebuah pulau terapung yang mereka bangun sendiri.
Hidup di luar jangkauan adalah impian mereka ketika pertama kali bertemu pada musim panas 1987.
Kala itu, Catherine merupakan seorang penari, artis dan terapis di Toronto, sementara Adams bekerja sebagai seniman patung di Victoria.
Baca juga: Viral Penyakit Misterius Bikin 95 Siswi Hampir Lumpuh, Kaki Mati Rasa dan Tak Bisa Bergerak
Keduanya pun saling bercakap tentang impian mereka dalam menjalani hidup.
"Dalam percakapan pertama itu, kami berbicara tentang memiliki impian bersama untuk hidup di alam," kata Catherine, seperti dikutip dari laman Insider, Senin (9/10/2023).
Ia menambahkan bahwa keinginan tersebut berasal dari masa kecil mereka.
"Kami adalah anak-anak yang unik, kami berdua kecil, kami berdua kurus, dan kami sering diolok-olok dan sering diintimidasi," ucap Catherine.
"Jadi kami menemukan bahwa alam menyembuhkan. Kami memiliki kesamaan," imbuhnya.
Baca juga: Viral Penumpang Selundupkan Hewan dalam Pesawat, Ada Tikus Putih, Ular hingga Berang-berang
Setelah pertemuan pertama mereka, yang digambarkan Catherine sebagai "kosmik", pasangan ini dengan cepat pindah bersama dan mulai mencari tempat untuk membangun kehidupan bersama.
Catherine dan Adams akhirnya memutuskan untuk membangun rumah selamanya mereka di sebuah teluk kecil yang terletak di lepas pantai Tofino, British Columbia, yang secara lokal dikenal sebagai Freedom Cove.
Sebagai orang yang spiritual, Catherine mengatakan dia tertarik pada teluk ini bukan karena terpencil dan hanya dapat diakses dengan naik perahu sejauh 10 mil, namun karena ada "keajaiban" di dalamnya.
"Anda tidak bisa bersembunyi dari diri sendiri di sini. Anda harus jujur pada diri sendiri," terangnya.
Setelah menemukan teluk tersebut, Catherine berkata bahwa dia dan Adams segera memutuskan ingin membangun rumah terapung di dekat pantai sehingga mereka dapat menjadi bagian dari alam "tanpa mengganggunya".
Pada musim panas yang sama ketika mereka menemukan Freedom Cove, badai melanda pantai, meninggalkan papan-papan kayu yang terbuang di pantai.