Menurutnya, meteor akan memiliki kecepatan tinggi saat memasuki wilayah Bumi sebagaimana visual dalam video yang viral.
"Berbeda dengan sampah antariksa, kecepatannya tidak setinggi ketika meteor jatuh," tambah Dhani.
Ditambah lagi saat ini sedang terjadi hujan meteor Epsilon-Perseid yang berasal dari komet Swift-Tuttle.
Fenomena tersebut terjadi secara rutin mulai dari awal hingga pertengahan bulan September.
"Fenomena alam ini muncul periodik, tidak ada kaitannya dengan capres-cawapres ataupun keburukan-kebaikan nasib," tegas Dhani.
Baca juga: Ini Tanggapan BPPTKG dan LAPAN Terkait Foto Kilatan Cahaya Diduga Meteor di Gunung Merapi
Dhani dalam kesempatannya juga menjelaskan, fenomena hujan meteor tidak berbahaya bagi umat manusia.
Biasanya meteor akan terbakar habis sebelum jatuh ke permukaan Bumi.
Beruntung, kata Dhani Bumi memiliki atmosfer yang melindungi manusia dari ancaman di luar angkasa, seperti meteor.
"Hikmahnya adalah bersyukur ada atmosfer Bumi. Jika manusia tinggal di Bulan yang tidak ada atmosfer, maka hujan meteor berbahaya bagi infrastruktur di Bulan," papar Dhani.
Di sisi lain lanjut Dhani, meteor yang jatuh ke Bumi akan berdampak ke aktivitas manusia.
Hujan meteor dapat sedikit menganggu komunikasi radio, artinya gangguan komunikasi radio HF orde kurang dari satu jam.
Baca juga: Viral di Medsos, Foto Kilatan Cahaya Biru Diduga Meteor Jatuh di Puncak Gunung Merapi
Lain halnya jika ukuran batuan 1 km, maka tidak habis terbakar dan dapat mengakibatkan kepunahan manusia.
Dhani menyebut, NASA selalu memonitor berbagai ukuran batuan orde meter sampai puluhan meter.
Terakhir, Dhani meminta masyarakat belajar dari fenomena hujan meteor.
"Untuk masyarakat, lebih mengingatkan atau bersyukur bahwa Bumi betul-betul tempat aman bagi kehidupan. Jangan dirusak oleh perbuatan manusia," imbaunya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Viral Video Meteor Jatuh, Dosen ITB: Fenomena Alam, Tak Ada Kaitan Pilpres atau Nasib Buruk.