Di tengah penerbangan Volotea, kapten membuat pengumuman dalam bahasa Prancis, yang tidak sepenuhnya dipahami oleh Parsa.
Namun, ketika Parsa melihat ke luar jendela dan melihat kilat menakutkan menghiasi langit, ia menyadari parahnya situasi.
"Ada turbulensi hebat, kami mulai panik sedikit," kata Parsa.
Baca juga: Pesawat Putar Balik usai Penumpang Bikin Keributan, Berimbas Dibatalkannya 30 Penerbangan Lain
Alih-alih mendarat di Dubrovnik, Kroasia, pesawat terpaksa melakukan perjalanan ekstra beberapa jam untuk berlabuh di Brindisi, sebuah kota pelabuhan di pantai Laut Adriatik, Italia.
Parsa mengatakan mereka tidak terlalu memusingkan situasi pada awalnya karena mereka diberitahu bahwa mereka akan melakukan penerbangan lain pada hari berikutnya.
Mereka juga ditempatkan di sebuah hotel untuk beristirahat malam itu.
Keesokan harinya, 23 Juli, mereka menunggu di lobi hotel bersama semua orang dari penerbangan untuk menunggu bus yang membawa mereka kembali ke bandara Brindisi.
Tetapi bus itu tidak pernah datang, dan sebaliknya, mereka menerima pesan yang mengatakan bahwa pesawat akan berangkat keesokan harinya.
Mereka memutuskan untuk menjelajahi daerah sekitarnya untuk menghabiskan waktu.
Akan tetapi pada hari itu, Parsa mengatakan dia menerima teks lain dengan arahan baru.
Arahan tersebut mengatakan bahwa pesawat ke Kroasia akan berangkat pada hari yang sama, 23 Juli.
Jadi, pasangan itu bergegas kembali ke bandara.
Pesawat dijadwalkan berangkat pada tengah malam, tetapi menjelang keberangkatan, desas-desus mulai beredar bahwa pesawat itu kelebihan pesanan dan tidak semua orang bisa naik ke dalamnya.
"Tentu saja, semua orang mulai panik," kenang Parsa.
"Ada beberapa wanita Prancis yang lebih tua yang menangis kesakitan, dan orang lain berteriak, orang-orang saling mendorong. Itu berantakan," imbuhnya.
Baca tanpa iklan