1. Kecepatan kereta api (semakin tinggi kecepatan kereta api, maka semakin panjang jarak pengereman)
2. Kemiringan/lereng (gradient) jalan rel
3. Persentase gaya pengereman
4. Jenis kereta api (kereta penumpang/barang)
5. Jenis rem (blok komposit/blok besi cor)
6. Kondisi cuaca
Melalui faktor-faktor yang memengaruhi jarak pengereman, kemudian dapat dibuat rumus untuk menghitung jarak pengereman.
Mengingat kereta api di Indonesia memakai sistem pengereman udara, maka rumus yang dipakai adalah rumus minden, yaitu sebagai berikut.
Berikut adalah contoh simulasi jarak yang dibutuhkan lokomotif untuk berhenti.
Sebagai infromasi, perhitungan di atas adalah simulasi di wilayah Daerah Operasi 8 Surabaya.
Perhitungan dapat berbeda, tergantung faktor-faktor yang memengaruhi jarak pengereman seperti yang dijelaskan di atas.
Bisa Berakibat Fatal
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya kalau rem pada kereta api bekerja dengan tekanan udara.
Di mana rem pada roda akan dihubungkan ke piston dan susunan silinder.
Saat pengereman terjadi, mekanisme yang mengurangi tekanan udara pada kereta api akan memaksa rem mengunci dengan roda.
Jika tekanan dilepaskan secara tiba-tiba, maka akan menyebabkan pengereman yang tidak seragam.
Sehingga rem bekerja lebih dulu dari titik keluarnya udara dan bisa berakibat fatal.
Apabila hal ini terjadi dapat menyebabkan kereta dan gerbong tergelincir atau terseret atau terguling.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Terkuak Cara Masinis KA Brantas Selamatkan Penumpang, Langsung Gerak Cepat Lihat Truk di Rel