Jadi semakin panjang dan berat rangkaian kereta api, maka jarak yang dibutuhkan untuk dapat benar-benar berhenti juga semakin panjang.
KAI mengatakan, kereta api di Indonesia rata-rata memiliki 8 sampai 12 rangkaian untuk kereta penumpang.
Sementara itu beratnya sendiri bisa mencapai hingga 600 ton, belum termasuk penumpang dan barang bawaannya.
Dilihat dari kondisi tersebut, maka kereta api juga membutuhkan tenaga yang besar untuk bisa berhenti dengan sempurna.
"Pengereman yang dipakai pada KA, saat ini menggunakan jenis rem udara," jelas KAI.
"Cara kerjanya adalah dengan mengompresi udara dan disimpan hingga proses pengereman terjadi," tambah KAI.
KAI menjelaskan, cara kerja pemberhentian pada kereta terjadi saat masinis mengaktifkan sistem pengereman.
Setelah itu udara akan didistribusikan melalui pipa kecil di sepanjang roda dan membuat friksi pada roda.
Nantinya friksi inilah yang akan membuat kereta api berhenti sesuai pada titik yang sudah ditentukan.
KAI mengatakan, rangakaian kereta pada dasarnya sudah dilengkapi dengan rem darurat.
Baca juga: 2 Kecelakaan Kereta Api Terjadi dalam Sehari, Gegara Truk Mogok, Ada di Lampung dan Semarang
Namun perlu diketahui juga bahwasanya rem ini tetap tidak bisa berhenti mendadak.
"Rem ini hanya menghasilkan lebih banyak energi dan tekanan udara yang lebih besar, untuk menghentikan kereta lebih cepat," jelas KAI.
"Jadi, meskipun masinis melihat ada yang menerobos palang kereta, biasanya akan tetap terlambat untuk melakukan pengereman," tambah KAI.
Selain soal berat dan panjang, ada juga faktor lain yang berpengaruh pada jarak pengereman kereta api.
Di antaranya: