TRIBUNTRAVEL.COM - Itu hanya perjalanan 35 menit dari Hilo ke Honolulu untuk 95 penumpang dan awak Aloha Airlines Penerbangan 243.
Namun siapa yang mengira bahwa ketakutan terburuk mereka akan menjadi kenyataan di hari yang tampaknya biasa ini?
Baca juga: Rekomendasi Tiket Pesawat Bali-Jakarta Buat Mudik Lebaran 2023, Cek Jadwal Keberangkatannya
Baca juga: Jangan Pernah Pakai Celana Legging di Pesawat, Bisa Berbahaya saat Keadaan Darurat
Bagaimana bisa begitu cepat berubah menjadi mimpi buruk?
Dilansir dari unbelievable-facts, saat meluncur di ketinggian 24.000 kaki, bagian atap pesawat tiba-tiba robek, membuat penumpang terlempar ke langit di tengah puing-puing yang mengalir, kabel yang menggantung, dan ledakan dingin yang tak tertahankan.
Baca juga: Promo Tiket Pesawat Lion Air Mudik Lebaran 2023 Rute Jakarta-Pontianak Mulai Rp 482 Ribu
Baca juga: Kenapa Harus Mengaktifkan Ponsel dalam Mode Pesawat saat Terbang?
Dalam sepersekian detik, hidup mereka tergantung pada seutas benang.
Namun yang mengejutkan, mimpi buruk ini memiliki akhir yang bahagia.
Aloha Airlines Penerbangan 243 mendarat dengan selamat dan masih dikenang sebagai satu pendaratan paling ajaib dalam sejarah penerbangan.
Baca juga: 7 Tiket Pesawat Jakarta-Medan Murah, Bisa Buat Mudik Lebaran 2023
Apa yang terjadi di Aloha Airlines Penerbangan 243?
Itu adalah hari yang cerah pada tanggal 28 April 1988, ketika Penerbangan 243 berangkat dari Hilo.
Inspeksi pra-keberangkatan rutin dilakukan, dan tidak ada hal aneh yang terdeteksi.
Sekitar 20 menit penerbangan, pesawat mencapai ketinggian 24.000 kaki (7.315 meter).
Tiba-tiba terdengar suara mendesing karena dekompresi eksplosif yang masif. Sebagian badan pesawat robek, menyebabkan sebagian besar atap terkoyak! Lubang menganga 18-f00t ini terdiri dari seluruh bagian atas kulit pesawat yang membentang dari tepat di belakang kokpit ke area sayap depan.
Pintu kokpit terbuka, memperlihatkan penumpang ke langit, tempat langit-langit kelas satu berada.
Kabin diturunkan tekanannya tanpa pasokan oksigen darurat, dengan suhu beku hampir -50 C (-58 F) dan angin kencang tiga kali lipat.
Kecuali mereka mencapai ketinggian yang lebih rendah, semua penumpang akan segera tewas.