Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Ramadhan

5 Fakta Menarik Tradisi Nyadran, Ternyata Sudah Ada Sejak Zaman Hindu-Buddha

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ribuan orang memadati pemakaman Makam Sewu, Wijirejo, Pandak pada Senin (8/6/2015). Mereka mengikuti upacara tradisi nyadran yang digelar menjelang Ramadhan.

TRIBUNTRAVEL.COM - Menjelang bulan Ramadhan, masyarakat Jawa biasanya melangsungkan tradisi nyadran.

Tradisi nyadran sendiri memang menjadi acara yang cukup penting bagi masyarakat Jawa.

Warga memasak daging kambing di area pemakaman Setono saat dilakukan sadran Kyai Ashari, Kelurahan Ngijo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jateng, Kamis (15/5/2014). Nyadran di makam petilasan Kyai Ashari ini diselenggarakan setiap tahun untuk meneruskan tadisi budaya warga. (Tribun jateng/Wahyu Sulistiyawan)

Bahkan bagi beberapa orang, nyadran seakan menjadi agenda yang tak boleh terlewatkan sebelum memasuki bulan Ramadhan.

Wajar saja jika menjelang bulan Ramadhan, banyak masyarakat Jawa yang berbondong-bondong untuk menjalankan tradisi nyadran.

Baca juga: 6 Fakta Menarik Padusan, Tradisi Unik Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Tradisi nyadran memiliki banyak hal yang menarik untuk dibahas, lho.

Apa saja? Yuk simak sederet fakta tentang padusan yang telah TribunTravel rangkum dari berbagai sumber.

1. Makna dan tujuan nyadran

Nyadran berasal dari kata "Sraddha" dalam Bahasa Sansekerta yang artinya keyakinan.

Tradisi ini merupakan suatu rangkaian upcara adat yang bertujuan untuk mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia.

Baca juga: Daftar Aktivitas yang Dilarang Polisi selama Ramadhan di Jakarta, dari SOTR hingga Main Petasan

2. Nyadran sebagai penginat kematian sekaligus menjalin persaudaraan

Dengan melangsungkan nyadran, diharapkan bisa menjadi pengingat diri akan kematian.

Selain itu, nyadran juga bisa sebagai cara untuk menjaga kerukunan dan hangatnya persaudaraan.

Tradisi Nyadran dalam rangkan menyambut bulan suci ramadhan di Desa Somakaton Banyumas, warga membawa tenong berisi makanan untuk dimakan bersama setelah bersih makam di pelataran makam Mangunan Desa Somakaton, Senin (14/3/2022). (Tribunjateng.com/Imah Masitoh)

3. Nyadran sudah ada sejak zaman Hindu-Buddha

Tradisi nyadran ternyata sudah ada sejak zaman Hindu-Buddha lho.

Dulunya, nyaran digunakan untuk menghormati arwah nenek moyang masing-masing.

Halaman
123