Hal tersebut membuat Albaik menjadi makanan yang memuaskan dan terjangkau bagi jemaah yang memiliki anggaran terbatas.
Tak cuma bagi jemaah haji, Albaik menjadi penyeimbang karena semua orang bisa berkumpul untuk makan enak dengan porsi besar.
Terlebih saat itu belum banyak restoran cepat saji yang menyajikan ayam layaknya Albaik.
Metode penyiapan broasted pun saat itu masih merupakan hal baru pada tahun 1980-an dan 1990-an.
Baca juga: Sejarah Albaik yang Viral di Media Sosial, Ternyata Sempat Ganti Nama Lho
Populer di dalam dan luar Arab Saudi
Sebelum setenar saat ini, Albaik hanya beroperasi di provinsi barat Arab Saudi seperti Jeddah, Mekkah, dan Madinah.
Bahkan Albaik saat itu belum memiliki cabang di ibu kota Riyadh atau wilayah timur Arab Saudi.
Hal tersebut membuat usaha bisnis jastip Albaik menjadi populer dengan permintaan ongkos yang cukup mahal.
Mereka yang membeli Albaik membawanya dari Jeddah ke Riyadh menempuh perjalanan selama 9 jam kemudian menjualnya dengan harga yang dinaikkan, sehingga kerap mendapat julukan ayam lari.
Tak cuma di Arab Saudi, ayam Albaik mendapatkan reputasi sebagai makanan yang harus dicoba oleh para jemaah saat haji maupun umrah dari luar Arab Saudi.
Muzaffar Ismail, seorang akuntan yang tinggal di Kanada, ingat bagaimana setiap kali ia membawa pulang kemasan Albaik yang sudah dikenalnya, orang-orang selalu mendekatinya.
"Mereka (orang-orang Kanada) sudah banyak mendengar tentang restoran ini (Albaik), mereka ingin tahu di mana mereka bisa membelinya," ungkap Muzaffar.
Kegemaran tersebut kemudian memicu tren seperti tas jinjing yang diisi dengan Albaik, pasar online di India yang menjajakan ayam, serta merek tiruan Albaik yang menjamur di India, Mesir, dan Afrika Selatan.
Kenangan indah para diaspora
Para diaspora yang tinggal di luar Arab Saudi mengenang logo Albaik berwarna merah dan putih dengan seekor burung yang mengenakan topi tinggi.