TRIBUNTRAVEL.COM - Stasiun terendah dari permukaan laut ternyata ada di Surabaya, lho.
Ya, stasiun yang dimaksud adalah Stasiun Surabaya Pasarturi.
Stasiun Surabaya Pasarturi memang sudah sangat populer bagi masyarakat Jawa Timur.
Selain itu, Stasiun Surabaya Pasarturi ternyata menyimpan fakta menarik yang jarang diketahui.
Baca juga: Mengenal Sistem Persinyalan Kereta Api, Prasarana Penting yang Menjamin Keselamatan Perjalanan
Melansir akun Instagram @kai121_, Stasiun Surabaya Pasarturi merupakan stasiun aktif yang letaknya paling rendah dari permukaan air laut.
Bagaimana tidak, tingginya hanya 1 meter saja di atas permukaan air laut.
Stasiun Surabaya Pasarturi masuk dalam wilayah Daerah Operasi (Daop) 8 Surabaya dan mulai beroperasi sejak 1 April 1900.
Dulunya, Stasiun Surabaya Pasarturi dikelola oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).
Nama Pasarturi diberikan pada era DKA (Djawatan Kereta Api) diambil dari sebuah pasar yang dulu ada di sekitar stasiun.
Di sana, banyak pedagang menjual bunga turi yang biasa dijadikan lalapan sambal pecel oleh masyarakat Surabaya.
Stasiun Surabaya Pasarturi merupakan tempat keberangkatan utama kereta api dari kota Surabaya yang mayoritas melewati jalur Pantura.
Baca juga: Daftar Barang yang Tak Boleh Dibawa saat Naik Kereta Api, Termasuk Senjata Tajam
Di dekat Stasiun Surabaya Pasarturi juga terdapat depo lokomotif dan depo kereta.
Ketinggian Stasiun Surabaya Pasarturi memang hanya 1 meter di atas permukaan laut.
Kendati demikian, Stasiun Surabaya Pasarturi tidak berpotensi diterjang banjir lantaran posisinya jauh dari garis pantai.
Drainase di kota Surabaya secara umum juga terbilang bagus.
Jika traveler tiba atau berangkat dari Stasiun Surabaya Pasarturi, jangan lupa berfoto di monumen lokomotif trem uap B1239, ya!
Lokomotif ini dulunya dimiliki oleh OSM (Oost-Java Stoomtram Maatschaapij).
Megabadikan momen di monumen tersebut bisa menjadi kenangan bahwa traveler pernah menginjakkan kaki di Stasiun Surabaya Pasarturi.
Baca juga: Yuk Kenalan dengan Para Petugas Kereta Api dan Fungsinya
Mengenal Rumah Sinyal, Pengawas Perjalanan Kereta Api yang Kini Jadi Cagar Budaya
Pernah mendengar tentang bangunan rumah sinyal?
Rumah sinyal bentuknya tinggi mirip seperti menara pengawas dan biasanya ada di lingkungan stasiun.
Berfungsi sebagai menara pengawas perjalanan kereta api, rumah sinyal ternyata memiliki peran yang cukup penting.
Rumah sinyal berfungsi mengamati kedatangan kereta api sejak masuk wesel pertama yang dilewati kereta api sampai berhenti di stasiun atau sampai melewati wesel terakhir untuk kereta api yang berjalan langsung.
Selain itu, rumah sinyal juga berfungsi untuk memastikan jalur kereta api yang akan dilewati aman serta menjaga kereta api berhenti di tempat yang ditentukan atau berjalan langsung.
Baca juga: Bagaimana Cara Kereta Api Berpindah Jalur? Yuk Simak Penjelasannya
Di dalam rumah sinyal, terdapat petugas yang bertugas membantu Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) dan mengoperasikan wesel untuk mengontrol pergerakan kereta api.
Petugas rumah sinyal merupakan konsep yang diadopsi dari Britania Raya dan Irlandia.
Sebagian besar rumah sinyal dibuat lebih tinggi agar petugas rumah sinyal memiliki ruang pandang lebih luas terhadap kawasan yang dikendalikan.
Pada awalnya, rumah sinyal lebih banyak dipakai saat perkeretaapian masih menggunakan persinyalan mekanik.
Seiring berjalannya waktu dan semakin banyak jalur yang menggunakan persinyalan elektrik, maka beberapa rumah sinyal tidak lagi difungsikan.
Kini, banyak rumah sinyal yang akhrinya menjadi bangunan cagar budaya.
Sejumlah rumah sinyal dapat ditemukan di berbagai stasiun.
Di antaranya Stasiun Banjar, Stasiun Cibatu, Stasiun Cikampek dan Stasiun Surabaya Pasarturi.
Baca juga: Penasaran dengan Cara Pengecatan Kereta Api? Begini Lho Prosesnya
(TribunTravel.com/mym)
Baca selengkapnya soal artikel kereta api di sini.