Praktek ini dikenal sebagai hitobashira atau da sheng zhuang.
Diyakini bahwa pergerakan tanah selama konstruksi skala besar mengganggu fengshui tanah, menyebabkan kecelakaan selama dan setelah konstruksi.
Oleh karena itu, pengorbanan manusia diperlukan untuk menenangkan para dewa agar bangunan tersebut tidak hancur oleh bencana alam seperti banjir atau serangan musuh.
Catatan tertulis paling awal dari hitobashira dapat ditemukan di Nihon Shoki ( The Chronicles of Japan ) yang menceritakan sebuah kisah yang konon terjadi pada awal 300-an Masehi.
Dua sungai bernama Kitakawa dan Mamuta terus banjir dan menimbulkan berbagai kerusakan dan korban jiwa.
Kaisar pada saat itu, Kaisar Nintoku, memiliki visi ilahi dalam salah satu mimpinya yang anehnya spesifik.
Dia diberitahu bahwa ada orang bernama Kowakubi yang tinggal di provinsi Musashi, dan orang lain bernama Koromono-ko yang tinggal di provinsi Kawachi.
Kaisar Nintoku diberitahu jika dua orang ini dapat ditemukan dan dikorbankan, satu untuk masing-masing dewa sungai, maka banjir dan kehancuran akan berhenti.
Baik Kowakubi dan Koromono-ko ditemukan dan ditangkap.
Dilansir TribunTravel dari amusingplanet, Kowakubi yang malang dilemparkan ke aliran sungai Kitakawa, dengan doa yang dipanjatkan kepada dewa sungai.
Tapi Koromono-ko pintar.
Pada hari pengorbanannya, Koromono-ko membawa dua labu bersamanya dan berbicara langsung dengan dewa sungai.
"Saya datang ke sini," katanya, "untuk mengorbankan hidup saya kepada Anda, karena Anda mendatangkan malapetaka pada orang-orang di distrik ini. Jika Anda dengan tulus menginginkan hidup saya, tenggelamkan labu ini agar tidak mengapung lagi; maka saya akan mengenal Anda sebagai dewa sejati sungai ini dan menawarkan tubuh saya kepada Anda. Tetapi jika Anda tidak dapat menenggelamkannya, Anda bukanlah dewa yang sebenarnya, dan akan sia-sia bagi saya untuk membuang hidup saya.”
Tentu saja, labu itu tidak tenggelam dan Koromono-ko berjalan bebas.
Kisah lain Hitobashira menyelamatkan sebuah desa dari murka sungai diabadikan dalam ingatan orang-orang Aihara di provinsi Buzen.