Penyelidikan kemudian mengungkapkan bahwa bagian dari mesin terlepas dan merobek kulit pesawat.
Meskipun pesawat condong ke kanan, kapten sengaja mengarahkan ke mesin yang gagal, setelah awalnya melawannya dengan benar.
Sekali lagi, Martin bersumpah saat DC-9 berguling dan berputar ke tanah dengan cara gulungan barel.
Beberapa saat sebelumnya di kabin, seorang pramugari terdengar berteriak, "Kepala tertunduk! Kepala ke bawah!" dalam upaya untuk membuat penumpang mengambil posisi penjepit.
Baca juga: Seorang Wanita Dikeluarkan dari Pesawat setelah Ancam Pramugari dan Serang Penumpang Lain
Baca juga: Baru Separuh Jalan, Pesawat Mengalami Turbulensi dan 5 Penumpang Dilaporkan Terluka
Beberapa detik kemudian, pesawat tergelincir dan terjun langsung ke tanah.
Pesawat meledak karena benturan, meratakan pohon-pohon dan terbakar.
Pekerja darurat menemukan mayat 31 penumpang dan awak yang terbakar parah, bersama dengan sisa-sisa rusa.
Dalam wawancara dengan pilot Midwest Express, diketahui bahwa maskapai memiliki aturan tidak resmi dan tidak tertulis yang disebut 'filosofi kokpit diam' yang menjelaskan mengapa dalam istilah resmi Weiss meniadakan tugas perwira pertamanya dengan tidak menanggapi kaptennya pada saat dibutuhkan.
"Kokpit diam" berarti bahwa prioritas pertama pilot ketika berhadapan dengan keadaan darurat setelah lepas landas penuh dan di bawah ketinggian 800 kaki adalah hanya menerbangkan pesawat tanpa gangguan.
Idenya adalah bahwa percakapan apa pun bisa menunggu sampai pesawat stabil di ketinggian 800 kaki.
Kepala pilot maskapai bahkan membela filosofi yang cacat pada sidang NTSB.
Hanya 15 detik berlalu antara kegagalan mesin dan momen benturan yang merenggut 31 nyawa.
Baca juga: 5 Lokasi Tenggelamnya Pesawat yang Dijadikan Tempat Scuba Diving Favorit, Mana Saja?
(TribunTravel.com/Rtn)
Baca juga selengkapnya seputar kecelakaan pesawat, di sini.