Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mengenal Kisah Gerbong Maut, Tewaskan 46 Pejuang Kemerdekaan Akibat Dehidrasi dan Kelaparan

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Replika gerbong maut kini berada di Stasiun Bondowoso, sementara salah satu dari tiga gerbong maut yang diklaim asli berada di Museum Brawijaya Malang.

Mereka tersiksa karena udara dalam gerbong menjadi pengap dan panas, serta tanpa diberikan makanan atau minuman.

Setibanya di Surabaya, dilaporkan sebanyak 46 orang meninggal karena dehidrasi dan kelaparan.

Salah satu dari tiga gerbong maut yang diklaim asli berada di Museum Brawijaya Malang. (Dok. PT KAI)

Sisanya ditemukan selamat dengan kondisi sakit dan pingsan.

Kini, gerbong maut diabadikan dalam sebuah monumen.

Monumen-monumen gerbong maut tersebut diharapkan bisa selalu lestari dan tidak hanya berakhir sebagai monumen saja.

Namun, monumen juga diharapkan menjadi pengingat generasi muda tentang perjuangan para pahlawan yang mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.

Baca juga: Mengenal Jembatan Cirahong, Jalur Kereta Api Unik Berusia 128 Tahun yang Punya Fungsi Ganda

Sejarah Monumen Purwa Aswa Purba, Ikon Stasiun Bandung yang Legendaris

Monumen Purwa Aswa Purba merupakan landmark ikonik yang berada di Stasiun Bandung.

Para penumpang yang keluar dari Stasiun Bandung sisi selatan, nantinya akan disambut Monumen Purwa Aswa Purba yang berdiri gagah.

Monumen berupa lokomotif ini ternyata memiliki sejarah panjang yang menarik untuk dibahas.

Melansir akun Instagram @kai121_, Purwa Aswa Purba memiliki 'Awal Kuda Kuno'.

Nama tersebut diambil dari sosok kuda besi hitam (lokomotif) yang pernah berdinas di lintas Rengasdengklok-Karawang-Wadas-Cikampek (Jawa Barat).

Kala itu, Purwa Aswa Purba jadi andalan masyarakat dalam bermobilitas untuk mengangkut barang dan penumpang.

Monumen Purwa Aswa Purba di Stasiun Bandung, Jawa Barat. (Instagram/@kai121_)

Purwa Aswa Purba adalah jenis lokomotif TC.10 yang diproduksi oleh Hartman Chemnitz pada tahun 1920 dengan nomor abrik 4416.

Saat beroperasi di Indonesia, Staatsspoorwegen (SS) menomorinya dengan 508T dan di era Djawatan Kereta Api diubah menjadi TC.10.08.

Baca juga: Yuk Kenalan dengan KA Kertajaya, Kereta Api Penumpang dengan Rangkaian Terpanjang di Indonesia

Halaman
123