Ekonomi diperkirakan hampir tidak tumbuh pada 2022.
Lebih dari 700.000 orang telah melarikan diri atau diusir dari rumah mereka oleh konflik bersenjata dan kekerasan politik.
Baca juga: Tarif Naik Balon Udara di Cappadocia Turki, Mulai Rp 2,8 Jutaan dengan Durasi Terbang 1 Jam
7. Pakistan
Pakistan mengalami krisis karena melonjaknya harga minyak mentah, sehingga mendorong naiknya harga bahan bakar.
Hal tersebut berimbas juga pada kenaikan harga bahan-bahan lainnya.
Bahkan juga menyebabkan inflasi hingga lebih dari 21 persen dengan mata uang Rupee Pakistan yang telah jatuh sekitar 30 persen terhadap dolar tahun lalu.
Pada akhir Maret 2022, cadangan devisa Pakistan telah turun menjadi 13,5 miliar dollar AS (Rp 202 triliun) atau setara dengan dua bulan impor.
8. Turki
Permasalahan hutang Turki diperburuk dengan situasi keuangan pemerintah yang menipis.
Situasi semakin sulit karena tingkat inflasi yang lebih dari 60 persen dan pengangguran tinggi.
Bank Sentral terpaksa menggunakan cadangan devisa untuk meredam krisis mata uang Lira yang sudah jatuh ke posisi terendah sepanjang masa terhadap Euro dan dolar AS pada akhir 2021.
Pemerintah Turki juga telah mencabut potongan pajak dan subsidi bahan bakar untuk meredam inflasi.
Krisis yang terjadi membuat warga Turki harus berjuang untuk dapat membeli makanan dan barang-barang lain.
Baca juga: Negara Dilanda Krisis Ekonomi, Ribuan Warga Sri Lanka Ramai-ramai Bikin Paspor
9. Zimbabwe
Zimbabwe mengalami inflasi hingga lebih dari 130 persen, sehingga muncul kekhawatiran terjadinya hiperinflasi yang pernah dialami negara tersebut pada 2008.
Inflasi membuat warga Zimbabwe tidak mempercayai mata uang negaranya dan lebih memilih menambah permintaan terhadap dolar AS.
Banyak warga Zimbabwe yang melewatkan makan karena mereka lebih memilih berjuang untuk memenuhi kebutuhan.
(TribunTravel.com/SA)