Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Mengintip Mitos di Candi Borobudur, Bisa Sentuh Arca di Stupa Akan Dapat Keberuntungan?

Editor: Nurul Intaniar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Biksu Buddha di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah

TRIBUNTRAVEL.COM - Keindahan Candi Borobudur memang tak perlu diragukan lagi.

Bahkan candi yang dibangun pada abad ke-8 dan ke-9 Masehi ini ditetapkan UNESCO sebagai salah satu situs warisan dunia.

Dilansir dari situs National Geographic, alasan lain UNESCO menetapkan Borobudur sebagai situs warisan dunia, karena Candi Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia.

Memiliki banguan dan arsitektur yang unik, patut saja banyak wisatawan yang suka liburan ke Candi Borobudur.

Destinasi ini juga dikenal sebagai tempat wisata bersejarah karena memiliki nilai pendidikan serta keagamaan yang tinggi, khususnya Buddha Mahayana.

Baca juga: 7 Fakta Unik Candi Borobudur yang Tiket Masuknya Disebut Akan Naik Jadi Rp 750.000, Benarkah?

Pemandangan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah saat sunset (Mario La Pergola /Unsplash)

Tapi tahukah traveler, jika Candi Borobudur juga memiliki mitos yang beredar di kalangan para wisatawan?

Candi Borobudur mempunyai mitos Kunto Bimo.

Kunto Bimo adalah sebuah mitos yang dipercaya masyarakat sekitar Candi Borobudur.

Di mana, siapa saja yang menyentuh bagian tertentu dari tubuh arca Buddha yang ada di dalam stupa, maka ia akan mendapatkan keberuntungan atau keinginannya akan terkabul.

Ada yang mengatakan bagi pria ia harus memegang jari manis, namun ada yang mengatakan jari kelingking dari arca Buddha - yang berada dalam posisi tangan (mudra) Dharmachakra (Pali: Dhammacakka – roda Dharma).

Sedangkan bagi wanita ia harus memegang telapak kakinya atau tumit, namun ada yang mengatakan ibu jari kaki.

Karena mitos itu, arca Buddha tersebut dikenal dengan nama arca Kunto Bimo.

Berdasarkan cerita masyarakat setempat, istilah Kunto Bimo berasal dari kata “Kunto” dianggap berasal dari kata dalam bahasa Jawa, yaitu “ngento-ento” (ngenta-enta) yang berarti “mengira-kira”, atau “ngenta-ento” yang berarti “permintaan-mendapatkan”.

Serta “Bimo” dari kata “Bima” yaitu salah satu tokoh dari Pandawa Lima dalam kisah Mahabharata.

Baca juga: Fakta Tiket Candi Borobudur yang Naik Jadi Rp 750 Ribu, Luhut: Masih Belum Final

Pemandangan Candi Borobudur yang menawan (borobudurpark.com)

Baca juga: Perbandingan Tarif Tiket Masuk 7 Keajaiban Dunia dengan Candi Borobudur, dari Taj Mahal hingga Petra

Atau juga dikenal dengan nama Werkudoro yang memiliki sifat pantang menyerah.

Halaman
12