Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Veteran Disabilitas Cetak Rekor Mendaki Gunung Everest dan Terjun Payung Pertama di Dunia

Penulis: Ratna Widyawati
Editor: Sinta Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pendaki hendak mendaki Gunung Everest.

TRIBUNTRAVEL.COM - Seorang veteran disabilitas berhasil mencetak rekor mendaki Gunung Everest.

Veteran tersebut bahkan harus belajar berjalan lagi setelah dia hampir terbunuh dalam penyergapan Taliban.

Ia berhasil mendaki Gunung Everest dan terjun payung di samping puncak gunung.

Baca juga: Crazy Rich Grobongan yang Bangun Jalan Raya Rp 2,8 M Pulang Kampung, Disambut Warga dengan Meriah

Mantan Kopral Lance Martyn Compton dinobatkan sebagai salah satu tentara Inggris yang paling terluka setelah menderita 75 persen luka bakar di tubuhnya ketika kendaraannya terkena granat berpeluncur roket di Afghanistan, dilansir dari Mirror.co.uk, Minggu (1/5/2022).

Dia diberitahu bahwa dirinya mungkin tidak akan pernah berjalan atau menggunakan lengannya lagi.

Masa depannya menjadi lebih suram oleh luka tembak yang telah menghancurkan kaki kanan atasnya.

Ilustrasi orang dirawat di rumah sakit. (Pexel.com/Anna Shvets)

Dia menghabiskan 12 minggu dalam keadaan koma dan berbulan-bulan lebih banyak di kursi roda setelah serangan pada Agustus 2006.

Tapi Martyn bersumpah untuk merebut kembali hidupnya, ia akhirnya mengambil langkah pertamanya tepat 15 tahun yang lalu.

Dan dia menandai hari jadinya dengan mendaki lereng Everest bersama angkatan bersenjata lainnya dan para pahlawan cahaya biru berkat dukungan dari Pilgrim Bandit amal.

Ayah dua anak ini berkata, "Dulu saya merasa mengambil dua langkah seperti mendaki Everest."

"Sekarang saya benar-benar telah mendaki sebagian. Tempat ini terasa sangat spiritual, bagi saya dan seluruh tim," imbuhnya.

Baca juga: Bule Nekat Menari Tanpa Busana di Gunung Batur Bali, Kini Minta Maaf Sambil Nangis

Baca juga: Sambut Kembali Wisatawan Asing, Nepal Buka Penerbangan Untuk Nikmati Keindahan Gunung Everest

Martyn menambahkan, "Kami harus menggali lebih dalam, baik dengan jarak maupun ketinggian."

"Saya merasa ayah saya di pundak saya membuat saya terus maju," sambungnya.

Ia bahkan mengenakan jam tangan keberuntungannya yang juga dipakai saat insiden ledakan terjadi.

"Ini (jam tangan) sedikit terbakar tetapi masih berjalan. Saya memakainya untuk kenangan yang diwakilinya. mereka yang tidak berhasil," kata Martyn.

Ilustrasi kursi roda. (Flickr/ zeevveez)
Halaman
123