Demikian pula, nama Jepang "Ma-No Umi," yang berarti Laut Iblis, awalnya diciptakan oleh warga negara Jepang bertahun-tahun yang lalu.
Hal itu lantaran adanya kisah-kisah fenomena paranormal di laut dipopulerkan seiring berjalannya waktu.
Takhayul yang terkait dengan iblis selalu menghantui orang Jepang untuk menjelajah ke bagian laut ini sejak berabad-abad yang lalu.
Baca juga: Ilmuwan Jepang Ungkap Fakta di Balik Misteri Mumi Putri Duyung yang Ditemukan Tahun 1700-an
Baca juga: Batu Raksasa di Jepang Terbelah Jadi Dua, Konon Dihuni Roh Rubah Iblis Berusia 1.000 Tahun
Terlepas dari cerita legenda, berbagai hipotesis, termasuk penjelasan ilmiah sudah digunakan untuk memecahkan misteri.
Cendekiawan seperti Ivan Sanderson telah menyarankan bahwa arus panas dan dingin yang melintasi Vortis Keji ini menyebabkan hilangnya kapal di Laut Iblis.
Menurutnya, arus tersebut mengakibatkan gangguan elektromagnetik yang memerangkap kapal-kapal yang melintas.
Hipotesis lain menyatakan bahwa gunung berapi bawah laut di daerah itu yang menyebabkan hilangnya kapal.
Letusan dari gunung berapi ini bisa saja memicu kecelakaan seperti itu.
Hal ini tentu saja memperkuat cerita tentang naga yang menyedot kapal dan awaknya ke kedalaman laut.
Karena gunung berapi bawah laut dan aktivitas seismik, menurut para ahli kelautan, pulau-pulau di daerah itu sering menghilang secara tiba-tiba, sementara yang baru muncul dengan kecepatan yang sama.
Penelitian ilmiah lainnya mengklaim bahwa anomali yang diyakini terjadi pada segitiga tersebut adalah akibat dari fenomena lingkungan.
Para peneliti berpendapat bahwa daerah tersebut memiliki keberadaan metana hidrat di dasar laut.
Ketika gas metana hidrat atau metana klatrat meledak, gelembung akan terbentuk di permukaan air sebagai endapan seperti es yang terpisah dari dasar laut pada saat ledakan.
Kegiatan ini dapat mengganggu daya apung dan juga menghancurkan kapal tanpa meninggalkan jejak.
Ketika gas metana hidrat atau metana klatrat meledak, gelembung akan terbentuk di permukaan air sebagai endapan seperti es yang terpisah dari dasar laut pada saat ledakan. Kegiatan ini dapat mengganggu daya apung dan juga menghancurkan kapal tanpa meninggalkan jejak.
Baca juga: Pria Jepang Ini Sediakan Layanan Aneh, Sewakan Dirinya untuk Klien yang Kesepian
Baca juga: Viral Segel Batu Penyimpan Rubah Ekor Sembilan di Jepang Terlepas, Dipercaya Ada Hal Buruk